Rabu, 01 Juni 2016

Pengertian Silaturrahim



        a. Pengertian Silaturrahim
Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan Rahim (Rahim perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, kata al-Arham (rahim) diartikan sebagai Silaturahmi. Namun pada hakikatnya silaturahmi bukanlah sekedar hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan sesama muslim. merupakan bagian dari silaturrahmi, sehingga Allah SWT mengibarat kan umat Islam bagaikan satu tubuh. Sebagaimana firman-Nya :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al – Hujurat / 49:10).
Silaturrahmi adalah istilah yang cukup akrab dan popular di dalam pergaulan umat Islam sehari-hari, namun pada hakekatnya istilah tersebut merupakan bentukan dari bahasa Arab dari kata silaturrahim,dan istilah silaturrahim ini berasal dari dua kata yakni : Shilah yang berarti hubungan atau sambungan dan rahim yang memiliki arti peranakan.[1]
Istilah-istilah tersebut merupakan sebuah symbol hubungan baik penuh kasih sayang antar karib kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim. Disini dikatakan simbol karena rahim atau peranakan secara materi tidak bisa disambung atau tidak bisa dihubungkan dengan rahim lain.dengan kata lain, rahim yang dimaksud disini adalah qarabah atau nasab yang disatukan oleh rahim ibu, dimana hubungan antara satu dengan yang lain diikaat dengan hubungan rahim.
Maka dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pemaknaan terhadap istilah silaturrahim cenderung pada hubungan kasih sayang yang terbatas pada hubungan-hubungan dalam sebuah keluarga besar atau qarabah. Dengan demikian istilah silaturrahim dengan istilah silaturrahmi memiliki maksud pengertian yang sama namun dalam penggunaan bahasa Indonesia istilah silaturrahmi memiliki pengertian yang lebih luas, karena penggunaan istilah ini tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang antara sesama karib kerabat, akan tetapi juga mencakup pengertian masyarakat yang lebih luas. Kemudian mengadakan silaturrahmi dapat diaplikasikan dengan mendatangi famili atau teman dengan memberikan kebaikan baik berupa ucapan maupun perbuatan.[2]
Ibnu Manzhur menjelaskan adanya kaitan antara kedua pengertian etimologi dan terminologi. Ia katakan, “Shilatur rahim merupakan kiasan tentang berbuat baik kepada kerabat yang ada hubungan nasab maupun perkawinan, bersikap sayang dan santun kepada mereka, memperhatikan kondisi mereka, meskipun mereka jauh atau menyakiti. Qath’ur rahim adalah lawan katanya. Seolah-olah dengan berbuat baik kepada mereka hubungan kekerabatan, perkawinan, dan hubungan sah telah terjalin.”
Ibn Hajar al-‘Ashqalani dan al-Mubarakfuri mengatakan, "Ar-Rahim mencakup setiap kerabat. Mereka adalah orang yang antara dia dan yang lain memiliki keterkaitan nasab, baik mewarisi ataupun tidak, baik mahram ataupun selain mahram."
Asy-Syaukani mengatakan, "Shilah ar-rahim itu mencakup semua kerabat yang memiliki hubungan kekerabatan yang memenuhi makna ar-rahim (kerabat)."
b.      Hadits-Hadits yang berkaitan dengan Perintah Silaturrahmi
Silaturrahmi atau dapat diartikan menyambung tali kasih sayang adalah merupakan bagian dari kebutuhan setiap makhluk hidup dan yang lebih utamanya disini adalah manusia. Karena manusia merupakan “Makhluk Sosial” yakni makhluk yang membutuhkan hidup bersama hal ini terbukti dengan adanya dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu sendirian meskipun pada saat sekarang ini tekhnologi sudah sangat mengalami perkembangan dan kemajuan,oleh karena itu maka tidak bias dipungkiri lagi bahwa manusia harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Kasih sayang merupakan sifat Allah yang sangat banyak disebutkan dalam al-qur’an. Dengan demikian maka kita sebagai manusia  yang taat, percaya dan bertaqwa kepada-Nya, tentu harus berupaya untuk meneladani sifat keutamaan Allah tersebut dalam menjalani kehidupan, karena sesuai janji-Nya, Allah akan menjadikan kasih sayang ada di dalam hati orang-orang beriman dan beramal sholeh.[3]
Sebagaimana firman-Nya dalam surat Maryam ayat 96 sebagi berikut :
اِنَّ الذِيْن امَنُو وَعَمِلُ الصَّلحَاَتِ سَيَجْعلُ لَهُم الرَّحْمَاُنُ وُدَّ
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, yang Maha Rahman (Allah SWT) akan mengadakan perasaan kasih sayang bagi sesamanya. (QS. Maryam : 96)
Dimana dari ayat tersebut dapat kita pahami secara logika bahwa setiap mukmin seharusnya hidup berdampingan dengun penuh kasih, karena Allah SWT telah member masing-masing manusia sifat kasih saying, namun di dalam realitanya pada masa sekarang adalah penuh dengan permusuhan, pertikaian, perselisihan, dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya, hal itu mencerminkan betapa minimnya sifat kasih sayang pada masa sekarang ini.
Sedangkan Islam dalam berbagai ayat al-qur’an maupun hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam juga telah banyak menganjurkan akan  pentingnya kasih sayang terhadap sesama, serta melarang sifat yang berbau permusuhan dan pertikaian.
Oleh karena itu Allah sangat menjunjung tinggi orang yang memiliki sifat kasih saynang terhadap sesama, karena jika seseorang telah memiliki sifat kasih sayang terhadap sesamanya, maka Allah akan mengasihinya dan kasih sayang Allah SWT tersebut akan diletakkan dihati para Malaikat dan semua anak Adam, sehingga para Malaikat dan semua anak manusia akan mengasihi orang yang memberikan kasihnya kepada orang lain dan begitu pula sebaliknya.[4]
Dengan demikian maka menyambung tali silaturrahmi akan dapat menjadi sarana kelapangan rizki dan panjangnya umur. Hal itu sebagaimana hadits Nabi :
عَنْ اِبْنِ شِهَا بٍ قَا َلَ : اَخْبَرَنِي َاّنسِ بْن ماَ لِكْ اَنَّ رَسُول لله ص م قاَ لَ : مِنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَط لَهُ فيِ رِزْقِهِ وَىُيْنساَءَ لَهُ فيِ اَثُرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ متفق عليه[5]
Artinya : dari Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik berkata bahwa sesungguhnya  Rasulullah saw bersabda : barang siapa ingin dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali kasih dengan keluarganya.(H.R. Bukhori Muslim)
Dari kutipan hadits tersebut dapat difahami bahwa bahwa menyambung tali persaudaraan atau kekeluargaan akan mendatangkan kelapangan rizki dan panjang umur.
Di lapanghkan rizki dari kutipan hadits tersebut dapat difahami secara obyektif, karena salah satu modal untuk mendapatkan rizki adalah dengan kita berhubungan baik dengan sesama manusia, peluang-peluang bisnis misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan masyarakat luas, bahkan jika kita lihat pada realita sekarang kepercayaan rekanan bisnis adalah lebih diutamakan daripada yang lainya.
Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan umur bias dalam pengertian sebenarnya yakni ditambah umurnya dari yang sudah ditentukan Allah SWT atau dipanjangkan umurnya disini hanya sebatas dalam pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur yang mendapat taufiq dari Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga namanya akan abadi dan akan senantiasa dikenang dalam waktu yang lama.[6]
Meskipun menyambung bukanlah sekedar mengimbangi kebajikan yang telah dilakukan oleh sanak keluarga akan tetapi penyambung tali kekeluargaan adalah orang yang ketika ada keluarga yang karena suatu sebab seseorang tersebut memutuskan hubungan kekeluargaan dengannya, dia sanggup dan bersedia untuk memperbaiki dan menyambung tali yang telah diputuskan tersebut.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari Muslim dikatakan bahwa rahim atau kasih sayang dalam arti lain kekeluargaan itu sudah tergantung di Arsy, dimana siapa yanag menyambungnya dengan dia maka Allah pun akan menyambungnya dan begitu pula sebaliknya siapa yang memutuskan Allah Allah juga akan memutusnya.[7]
 Bunyi hadits tersebut yaitu :
عَنْ عَا ئِشَهَ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِي ص م قَا لَ : الرَّحِمُ مُعَلّقَةُ بِااْلعَرْشِ تَقُولُ : مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ, وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ الله متفق عليه
Artinya : Dari Aisyah r.a dari Nabi saw bersabda : Rahim atau kekeluargaan itu tergantung di Arsy. Rahim itu berkata : barang siapa menyambungku Allah akan menyambungnya, dan barang siapa memutusku maka Allah akan memutuskan hubungan dengan dia. (H.R. Bukhari dan  Muslim).[8]
Ketika seorang umat mengupayakan dirinya untuk memutuskan tali silaturrahmi maka akan hilanglah keharmonisan sebuah persahabatan atau persaudaraan, sehingga yang tinggal hanyalah kegalauan dalam hidup karena ketika dia putuskan hubungan dengan keluarga maka Allah pun akan memutuskan hubungan dengannya.
Ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengan hamba-Nya maka tidak ada yang terjadi dalam diri hamba tersebut kecuali penderitaan, namun jika seorang hamba memiliki hubungan yang harmonis dengan Allah sebagi pencipta dan pemiliknya maka hanya kebahagiaan dan ketentraman yang dia rasakan, oleh karena itu maka tidak heran jika suatu ketika seorang sahabat meminta kepada Nabi untuk ditunjukkan terhadap amalan yang dapat memasukkan kesurga, dan Nabi pun mengatakan bahwa salah satunya adalah menyambung tali persaudaraan. Adapun bunyi Haditsnya adalah sebagai berikut :
عَنْ اَبِي اَيوُبَ خاَ لِدِ ابْنِ زَيْدٍ الاَنْصَا رِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَا لَ : َانَّ رَجُلًا قَا لَ : يَا َرسُو لَ لله َاخْبِرنِي بَعْملُ يدْخِلْنِي اْلجنَّةَ فَقَالَ النَّبِي ص م : تَعبُدُاللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْاءً وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكاَةَ وَتَصِلَ الرَّحِمِ متفق عليه
Artinya : Dari Ayyub Khalid bin Zaid Al- Anshariy ra. Ia berkata :  ada seseorang bertanya kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal yang dapat memasukkanku kedalam surga. “ Nabi saw menjawab : “ sembahlah Allah dan jangan  mempersekutukan-Nya, dirikanlah salat, bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan.”[9](H.R. Bukhari dan Muslim)
Maka dari kutipan hadits riwayat Bukhari dan Muslim diatas  dengan jelas dapat kita fahami bahwa secara tegas Nabi menyampaikan bahwa silarurrahmi termasuk amalan yang dapat memasukkan seseorang kedalam surga Allah, apabila orang tersebut beriman,mendirikan shalat, dan memberikan hak fakir miskin dengan mengeluarkan zakat.
            Hadis memelihara silaturrahim sebagai berikut :
حدثنا محمد بن ابي يعقوب الكرماني حدثنا حسان حدثنا يونس قال محمد هو الزهري عن انس بن مالك رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من سره ان يبسط له في رزقه او ينسا له في اثره فليصل رحمه[10]

Kosa kata:
v  Saya telah mendengar : سمعت
v  Menggembirakan        : سر
v  Mengembangkan        : يبسط
v  Maka sambunglah         : فليصل

Artinya:
Dari Anas bin Malik RA. Berkata, “saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ barang siapa yang ingin bergembira (mengembangkan) rizkinya atau menghendaki para atsar (bekas) nya maka niscayalah ia harus menyambung tali silaturrahiim.” HR. Al-Bukhari.
Maksud dari hadits di atas, bergembira (mengembangkan) rizki ialah menjalin persaudaraan (silaturrahiim) terhadap seorang muslim dan sesama umat manusia karena perbuatan tersebut dapat melapangkan atau meluaskan rizki seseorang dan yang paling penting dengan silaturrahiim dapat mempererat tali persaudaraan dan juga melapangkan rizki tentunya.
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu.
Orang yang selalu bersilaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu factor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha. Selain dengan banyaknya teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula ialah meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Hal ini karena telah melaksanakan perintah-Nya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi mereka yang bertakwa Allah akan memberikan kemudahan dalam setiap urusannya. Allah SWT berfirman :

فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً ﴿٣﴾
Artinya :
Barang siapa yang bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3).
Bagi mereka yang suka silaturahmi akan dipanjangkan usianya adalah sangat logis meskipun memerlukan pemahaman dan persepsi yang berbeda. Memang benar umur manusia itu sudah dibatasi dan tidak ada seorang pun yang mampu mengubah kehendak Allah. Akan tetapi dengan banyaknya silaturahmi, akan banyak berbuat kebaikan dengan sesama manusia yang berarti pula akan semakin banyak mendapatkan pahala. Banyak silaturahmi pun akan menumbuhkan rasa kasih sayang anatra sesama dan menimbulkan ghairah hidup tersendiri karena ia banyak saudara yang akan bahu membahu dalam memecahkan berbagai problematika hidup yang selalu mengikuti manusia.[11]

b. Bentuk dan Manfaat Sillaturrahmi
Silaturahmi secara konkrit dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk antara lain sebagai berikut :
  1. Berbuat baik atau ihsan terutama dengan memberikan bantuan materiil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun yang harus diprioritaskan untuk dibantu adalah karib kerabat dibanding dengan pihak-pihak lain yakni diantaranya ada anak yatim, orang miskin,  ibnu sabil, dan lain-lain. Karena jika karib kerabat tersebut seorang yang miskin maka bersedekah kepada kerabat tersebut bermakna ganda ; yakni sedekah sekaligus silaturrahmi.[12] Dengan demikian jelas bahwa dari ukhuwah antar karib kerabat adalah lebih utama.
  2. Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesame kerabat maupun sesama muslim maupun orang lain dapat dapat diaplikasikan dengan sikap saling kenal-mengenal, hormat-menghormati, bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat, bertukar  hadiah, jenguk-menjenguk, bantu-membantu, dan berkerja sama menyelenggarakan walimahan, dan lain-lain.[13]
Dan itu semua bisa dikatakan silaturrahmi dengan catatan hal-hal tersebut diorientasikan untuk meningkatkan persaudaraan.
Kemudian selain dapat meningkatkan dan mempererat hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, silaturrahmi juga dapat memberi  manfaat lain baik di dunia maupun akhirat. Dan diantara manfaat lain itu adalah :
  1. Mendapat rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT
Sebagaimana penjelasaan hadits yang telah dikumukakan dibagian awal bahwa barang siapa yang menyambung rahim atau tali persaudaraan maka Allah SWT pun juga akan menghunghubungkannya namun begitu pula sebaliknya, karena menurut sebagian ulama, hakikat dari silaturrahmi adalah al-‘athfu wa ar-rahmah yang berarti lemah lembut dan kasih sayang, sedangkan shilatullah dengan hamba-hamba-Nya.’Athfullah berarti ihsan dan nikmat-Nya. Dengan demikian maka orang-orang yang melakukan silaturrahmi akan mendapatkan rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT.
2.      Masuk surga dan jauh dari neraka
Secara khusus disebut oleh Rasulullah saw bahwa sesudah amalan pokok, silaturrahmi dapat mengantarkan seseorang ke seseorang ke surga dan menjauhkan dari neraka sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub ibn Zaid al-Ansari sebagai berikut :
عَنْ اَبِي اَيوُبَ خاَ لِدِ ابْنِ زَيْدٍ الاَنْصَا رِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَا لَ : َانَّ رَجُلًا قَا لَ : يَا َرسُو لَ لله َاخْبِرنِي بَعْملُ يدْخِلْنِي اْلجنَّةَ فَقَالَ النَّبِي ص م : تَعبُدُاللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْاءً وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكاَةَ وَتَصِلَ الرَّحِمِ متفق عليه
Artinya :
Dari Ayyub Khalid bin Zaid Al- Anshariy ra. Ia berkata :  ada seseorang bertanya kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal yang dapat memasukkanku kedalam surga. “ Nabi saw menjawab : “ sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya, dirikanlah salat, bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan.”[14](H.R. Bukhari dan Muslim)
3.      Lapang rizki dan panjang umur
Secara lebih konkret Rasulullah saw menjanjikan rizki yang lapang dan umur yang panjang bagi orang-orang yang melakukan sillaturrahmi sebagaimana sabda beliau :

عَنْ اِبْنِ شِهَا بٍ قَا َلَ : اَخْبَرَنِي َاّنسِ بْن ماَ لِكْ اَنَّ رَسُول لله ص م قاَ لَ : مِنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَط لَهُ فيِ رِزْقِهِ وَىُيْنساَءَ لَهُ فيِ اَثُرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ متفق عليه
Artinya : dari Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik berkata bahwa sesungguhnya  Rasulullah saw bersabda : barang siapa ingin dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali kasih dengan keluarganya.
4.      Dengan bersilaturahmi, kita dapat menyampaikan dakwah, menyampaikan ilmu, menyuruh berbuat baik, dan mencegah berbagai kemungkaran yang mungkin akan terus berlangsunng apabila kita tidak mencegahnya.
5.      Dengan bersilaturahmi akan menumbuhkan sikap saling tolong-menolong dan mengetahui keadaan karib kerabat.
d.      Silaturahmi dalam pandangan Al-Quran
Sejauh pengamatan kami terhadap ayat-ayat al-Quran, kami tidak menemukan satu ayat pun yang memerintahkan silaturahmi dengan bentuk fi'il amr dari lafadz وصل  yang kami temukan bukab fi'il amr, melainkan bentuk fi'il madhi yang terdapat dalam surat al-Qoshos ayat 51 dan fi'il mudhore yang diulang sepuluh kali pada enam surat (Abdul Baqi, tt : 919). Meskipun demikian, bukan berarti al-Quran tidak memerintahkan silaturahmi, tetapi silaturahmi dalam al-Quran digunakan dengan lafadz yang lain.
Bila kita mencermati kembali makna rahim, kita temukan bahwa makna rahim itu adalah kerabat, sebagaimana diungkap oleh ar-Roghib dan Ahmad Warson. Di dalam al-Quran dijumpai beberapa ayat yang memerintahkan untuk memberikan hak kepada kerabat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa silaturahmi diperintahkan dalam al-Quran walaupun menggunakan redaksi lain. Ayat-ayat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
Surat an-Nahl ayat 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku 'adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Pada ayat tersebut terdapat perintah memberi bantuan kepada kerabat dekat, terkait dengan makna tersebut, Ats-tsa’labi (tt: 2: 321), As-Sulami (2001: 1:372), ‘izz bin Abdussalam (1996: 1: 577), Fahrurrozi (tt: 1: 2747), dan Ahmad bin Muhammad bin Mahdi (2002: 24:73) mereka menafsirkan bahwa ungkapan tersebut bermakna perintah untuk silaturahmi.
Surat al-Isra ayat 26
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
Artinya :
Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Pada ayat ini terdapat perintah Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, menurut Baidhowi (tt: 1: 441), Al-Khozin (1979: 4: 157) bahwa makna kerabat tersebut adalah perintah untuk menyambungkan silaturahmi.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupannya yang mencerminkan silaturrahim. Sehingga silaturrahim dapat dilakukan dalam berbagai ruang seperti berikut:

1.      Silaturrahim dalam Keluarga

Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, dalam rangka menjaga tali silaturahim antar keluarga. Contohnya yaitu tasyakuran, haul keluarga yang telah meninggal, tasyakuran, dll.
2.      Silaturahim dalam bidang pendidikan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang mencerminkan silaturahim di antaranya adalah proses belajar-mengajar, temu wali murid, alumni, dll.
3.      Silaturahim dalam bidang social

Ruang social kemasyarakatan merupakan ruang kehidupan yang majemuk dan heterogen berdasarkan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, anatar individu dalam masyarakat tersebut dalam masyarakat tersebut dapat disatukan dan dieratkan melalui berbagai kegiatan seperti bakti social, peringatan hari pahlawan, dll.
4.      Silaturahim dalam bidang ekonomi

Silaturahim dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama antar daerah (kabupaten), kerjasama antar propinsi, bahkan kerjasama antar Negara. Selain itu, banyak sistem bisnis yang dapat mengkoneksikan satu orang dengan yang lainya yang memungkinkan adanya ikatan silaturahim seperti arisan, MLM, dan sistem bisnis lainya.
5.      Silaturahim dalam bidang politik

Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan silaturahim yang dilakukan dalam dunia politik di antaranya adalah pelatihan kader dasar partai politik, raker parpol, munas parpol, kampanye parpol, dan kegiatan lainya.[15]
e.       Hakikat Silaturrahmi
Hakikat silaturrahim bukan hanya sekadar wujud perjumpaan fisik dua orang manusia, kemudian saling menyapa dan berbicara secara verbal, melainkan seyogyanya saling membuka diri, berkomunikasi dari hati ke hati dengan dasar ketulusan, kejujuran dan saling menghargai. Karena itu, cinta harus dijadikan pondasi yang paling kokoh di dalam kerangka bersilaturrahim tersebut sebab itu pula yang dicontohkan oleh Rasulullah saw kepada kita. Beliau bersabda.
Artinya :      
“Silaturrahim bukanlah mengunjungi seseorang untuk membalas kebaikannya, tetapi silaturrahim adalah menyambung yang terputus”.
Pantaslah, kita mempunyai istilah yang sangat luhur untuk menyebut kandungan ibu dengan ‘rahim’ karena dalam nuansa seorang ibu yang sedang mengandung, perasaan sang ibu dengan bayi yang dikandungnya seakan menyatu dalam cintanya, melebur dalam kasih dan sayangnya. Tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Dengan keterbukaan hati untuk menerima kehadiran orang lain atas dasar cinta dan kasih sayang yang tulus, silaturrahim tidak selamanya harus diwujudkan dalam bentuk face to face ‘tatap muka’, saat ini dengan bantuan berbagai macam media komunikasi kita bisa saling mengungkapkan perasaan walaupun dari jarak dan tempat yang berjauhan. Berkat kecanggihan teknologi komunikasi masa kini, dimensi waktu dan ruang tidak lagi menjadi kendala untuk membangun jaringan silaturrahim yang semakin berkualitas.
Namun pada kenyataannya, di era globasisasi seperti sekarang ini, ketika kehidupan masyarakat mengalami kemajuan yang semakin pesat. Tuntutan kebutuhan hidup turut pula meningkat, akibatnya, suka atau tidak suka, kita melihat masyarakat secara sadar ‘terjebak’ dalam berbagai macam kesibukan yang membuat interaksi antara satu dengan yang lain semakin renggang. Terlebih lagi mereka dituntut memiliki mobilitas yang tinggi bila tidak ingin ketinggalan ‘kereta’, namun sangat disayangkan mobilitas tersebut justru semakin membuat mereka memperhatikan kepentingan dirinya sendiri (hedonisme). Di sinilah silaturrahim menemukan momentumnya yang teramat penting.
Menyadari betapa eksistensi silaturrahim sangat berarti sebagai media perekat bagi kehidupan bermasyarakat, Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim” (Muttafaq ‘alaih).
f.        Keutamaan Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ).                                   
Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : “ Barang siapa yang ingin di luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturahmi”. ( H.R Bukhari)
Hadits yang agung ini memberikan salah satu gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
                                                      .وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: “Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban para ulama tentang masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
Pertama, Yang dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua, Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun. Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40 tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan menyambung silaturahim ataukah tidak).
Demikian ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari ilmu makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Ketiga, Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]
Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya ialah :
Pertama, Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau bersabda, dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya oleh allah
Artinya:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua, Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam ,
Artinya:
Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga, Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
Artinya:
“Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).[2]
g.      Cara yang baik untuk Silaturrahim
Cara yang baik untuk silaturrahim sebagai berikut :

1. Nyatakan Cintamu

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)

2. Berikan Wajah Bahagia

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam berpesan mengenai hal ini, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (Hadits Riwayat Muslim)

3. Jabatlah Tangannya

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Tidak ada dua orang Muslim yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (Hadits Riwayat Abu Dawud)



4. Saling Kunjunglah

Hal ini dijanjikan langsung oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam sebuah hadits Qudsi, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, keduanya saling berkunjung karena Aku, dan saling memberi karena Aku’.” (Hadits Riwayat Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)

5. Mengucapkan Selamat

Sekali lagi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan pesan kepada kita, “Barangsiapa bertemu saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (Hadits Riwayat Thabrani dalam Mu’jam Shagir)

6. Saling Menghadiahi

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam juga berpesan lewat Anas bin Malik, “Hendaklah kamu saling beri hadiah karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (Thabrani)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Biasakanlah kamu saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”

7. Saling Bantu

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam berpesan, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mu’min di dunia pasti Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (‘aib) seorang Muslim, pasti Allah akan menutupi (‘aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (Hadits Riwayat Muslim)



8. Memenuhi Hak-haknya

Penuhilah hak-hak saudari Muslimahmu siapapun dia, tanpa memandang bangsa, bahasa, warna kulit maupun kedudukan serta kekayaannya.
Ibnu Qudamah dalam kitab Minhajul Qashidin menyimpulkan sederetan hak Muslim yang wajib dipenuhi Muslim yang lain, yang dipetik dari Al-Quran dan hadits-hadits, di antaranya:

a. Mengucapkan salam kepadanya saat bertemu
b. Memenuhi undangannya
c. Menjawab bersinnya bila ia mengucap Alhamdulillah
d. Menjenguknya jika sakit
e. Menghadiri jenazahnya saat meninggal dunia
f. Memberikan bagiannya dari harta Anda jika dia memerlukan bantuan
g. Memberinya nasihat jika dia meminta nasihat
h. Menjaga dirinya saat dia berjauhan
i. Mencintai bagi dirinya apa yang engkau cintai bagi dirimu
j. Membenci bagi dirinya apa yang engkau benci bagi dirimu.

9. Jangan Menyakiti Hatinya

Waspadalah terhadap diri kita sendiri agar jangan sampai menyakiti perasaan dan badan Muslimah lain. Lebih baik banyak-banyak minta maaf kepada saudari Muslimah kita, meskipun di permukaan kita tidak memiliki masalah.

10. Jangan Memboikotnya

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam mewanti-wanti setiap Muslim dan Muslimah, lewat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Tidak diperbolehkan bagi orang mu’min (mu’minah) untuk menghindari (tidak bicara, tidak menyapa, tidak berhubungan) orang mu’min lainnya lebih dari tiga hari. Jika sudah lebih dari tiga hari lalu dia bertemu dengannya maka hendaklah dia mengucapkan salam kepadanya. Jika dia menjawab salamnya maka keduanya bersekutu dalam pahala. Jika dia tidak menjawab salamnya maka yang mengucapkan salam terbebas dari dosa menghindarinya.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Abu Daud)

11. Menjaga Diri dan Hartanya

Jika saudari Muslimah kita mendapat gangguan dari orang jahat maka kita harus membantu sebisa mungkin. Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Tidak layak disebut orang bijaksana jika dia tidak berusaha membela orang yang diperlakukan dengan cara tidak baik, hingga Allah memberinya jalan keluar.”

12. Perbanyaklah Bergaul dengan Muslimah Miskin

Muslimah yang miskin dan anak-anak perempuan yatim lebih utama untuk dipergauli. Tidak banyak bergaul dengan orang-orang kaya dan hendaknya lebih banyak bergaul dengan orang-orang miskin, serta berbuat baik kepada anak-anak yatim.

13. Jangan Biarkan Imannya Melenceng

Imam al-Bukhari dalam kitab Al-Adab al-Mufrad meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Tidak ada dua orang yang mencintai satu sama lain karena Allah, atau karena Islam, akan membiarkan pelanggaran kecil pertama yang dilakukan salah satu dari mereka.”
Kalau saudari Muslimah kita mendekati kemaksiatan dan kekafiran, wajib hukumnya kita mengingatkan. Bukan mendiamkan, apalagi sekadar menjadikannya bahan gunjingan.

14. Menahan Marah Kepadanya

Marah itu manusiawi. Tapi mudah memaafkan jauh lebih dimuliakan oleh Allah daripada mengikuti nafsu amarah. Memaafkan tidak berarti membiarkan saudari kita tenggelam dalam kesalahan. Namun sikap memaafkan akan meredam marah yang berlebihan sehingga kita lebih terfokus pada usaha memperbaiki kesalahannya.
Allah berfirman, “… [mereka] yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan). Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Al-Quran surah Ali-`Imran: 134)

15. Tidak Menggunjing atau Menjelek-jelekkannya

Gosip dan gunjingan adalah haram menurut Al-Quran. Allah memperingatkan, “… Janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahapenerima Taubat, Mahapenyayang.” (Al-Hujurat: 49 ayat 12)

16. Hindari Debat, Lelucon yang Menyakitkan, dan Pelanggaran Janji

Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan hadits yang berbunyi, “Jangan berdebat dengan saudaramu, jangan bercanda berlebihan dengan dia, jangan membuat janji dengannya kemudian kamu ingkari.”
Berdebat membuat hati kaku dan jendela syeitan untuk merusak hubungan. Lelucon yang menyakitkan menumbuhkan kebencian dan meremehkan orang lain. Pelanggaran janji menyulut kemarahan dan menghancurkan benih-benih cinta.

17. Mendoakannya

Sebagaimana kita suka didoakan orang lain, sering-seringlah mendoakan saudari kita tanpa sepengetahuannya, karena cara berdoa yang seperti itu salah satu yang paling maqbul.

h.      Makna Silaturrahim
Makna "ar-rahim" adalah para kerabat dekat. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : "Ar-rahim secara umum adalah dimaksudkan untuk para kerabat dekat. Antar mereka terdapat garis nasab (keturunan), baik berhak mewarisi atau tidak, dan sebagai mahram atau tidak".
Menurut pendapat lain, mereka adalah maharim (para kerabat dekat yang haram dinikahi) saja.
Pendapat pertama lebih kuat, sebab menurut batasan yang kedua, anak-anak paman dan anak-anak bibi bukan kerabat dekat karena tidak termasuk yang haram dinikahi, padahal tidak demikian. [Fathul Bari, 10/414]
Silaturrahim, sebagaimana dikatakan oleh Al-Mulla Ali Al-Qari adalah kinayah (ungkapan/sindiran) tentang berbuat baik kepada para kerabat dekat -baik menurut garis keturunan maupun perkawinan- berlemah lembut dan mengasihi mereka serta menjaga keadaan mereka. [Lihat, Murqatul Mafatih, 8/645]



[1] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2007 ), Cet. IX, hlm. 183
[2] Hussein Bahresi, Hadits Shohih Bukhari-Muslim ( Surabaya : Karya Utama, Tt), hlm 140
[3] Juwariyah, Hadits Tarbawi, ( Yogyakarta : Teras, 2010 ), Cet. I hlm. 48
[4] Ibid,  hlm. 50  
[5] Imam Abi Zakariya, Riyadhu Asshalihin, Terj. Ahmad Sunarto, ( Jakarta : Pustaka Amani,1999 ) juz I hlm 329
[6] Yunahar Ilyas, Op Cit, hlm 190
[7] Juwariyah OP Cit, hlm 51
[8] OP Cit hlm 332
[9] Ibid,  hlm 337-338
[10] Lu’lu u wal marjan:1657

[11] Melukisbintang.blogspot.co.uk
[12]  Yunahar Ilyas, Op Cit, hlm.185
[13] Ibid,  hlm. 187
[14]  Juwariyah,Op Cit,  hlm 337-338
[15] Ahmad Fauzan, Kedahsyatan Silaturrahmi, (Yogyakarta: Madin Press, 2010), hlm. 79-80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar