a. Pengertian Silaturrahim
Silaturahmi secara bahasa berasal dari dua kata, yakni silah (hubungan) dan
Rahim (Rahim perempuan) yang mempunyai arti Hubungan nasab, kata al-Arham
(rahim) diartikan sebagai Silaturahmi. Namun pada hakikatnya silaturahmi
bukanlah sekedar hubungan nasab, namun lebih jauh dari itu hubungan sesama
muslim. merupakan bagian dari silaturrahmi, sehingga Allah SWT mengibarat kan
umat Islam bagaikan satu tubuh. Sebagaimana firman-Nya :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.”
(QS. Al – Hujurat / 49:10).
Silaturrahmi adalah istilah yang cukup
akrab dan popular di dalam pergaulan umat Islam sehari-hari, namun pada
hakekatnya istilah tersebut merupakan bentukan dari bahasa Arab dari kata silaturrahim,dan
istilah silaturrahim ini berasal dari dua kata yakni : Shilah
yang berarti hubungan atau sambungan dan rahim yang memiliki arti
peranakan.[1]
Istilah-istilah
tersebut merupakan sebuah symbol hubungan baik penuh kasih sayang antar karib
kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim. Disini dikatakan simbol
karena rahim atau peranakan secara materi tidak bisa disambung atau tidak bisa
dihubungkan dengan rahim lain.dengan kata lain, rahim yang dimaksud disini
adalah qarabah atau nasab yang disatukan oleh rahim ibu, dimana hubungan
antara satu dengan yang lain diikaat dengan hubungan rahim.
Maka dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa pemaknaan terhadap istilah silaturrahim cenderung pada hubungan
kasih sayang yang terbatas pada hubungan-hubungan dalam sebuah keluarga besar
atau qarabah. Dengan demikian istilah silaturrahim dengan istilah
silaturrahmi memiliki maksud pengertian yang sama namun dalam penggunaan bahasa
Indonesia istilah silaturrahmi memiliki pengertian yang lebih luas, karena
penggunaan istilah ini tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang antara
sesama karib kerabat, akan tetapi juga mencakup pengertian masyarakat yang
lebih luas. Kemudian
mengadakan silaturrahmi dapat diaplikasikan dengan mendatangi famili atau teman
dengan memberikan kebaikan baik berupa ucapan maupun perbuatan.[2]
Ibnu Manzhur menjelaskan adanya kaitan antara
kedua pengertian etimologi dan terminologi. Ia katakan, “Shilatur rahim merupakan kiasan tentang berbuat baik
kepada kerabat yang ada hubungan nasab maupun perkawinan, bersikap sayang dan
santun kepada mereka, memperhatikan kondisi mereka, meskipun mereka jauh atau
menyakiti. Qath’ur rahim adalah lawan katanya. Seolah-olah dengan berbuat
baik kepada mereka hubungan kekerabatan, perkawinan, dan hubungan sah telah terjalin.”
Ibn Hajar al-‘Ashqalani dan
al-Mubarakfuri mengatakan, "Ar-Rahim mencakup setiap kerabat. Mereka adalah
orang yang antara dia dan yang lain memiliki keterkaitan nasab, baik mewarisi
ataupun tidak, baik mahram ataupun selain mahram."
Asy-Syaukani mengatakan, "Shilah ar-rahim itu
mencakup semua kerabat yang memiliki hubungan kekerabatan yang memenuhi makna
ar-rahim (kerabat)."
b.
Hadits-Hadits yang berkaitan dengan Perintah Silaturrahmi
Silaturrahmi atau dapat diartikan
menyambung tali kasih sayang adalah merupakan bagian dari kebutuhan setiap
makhluk hidup dan yang lebih utamanya disini adalah manusia. Karena manusia
merupakan “Makhluk Sosial” yakni makhluk yang membutuhkan hidup bersama hal ini
terbukti dengan adanya dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu
sendirian meskipun pada saat sekarang ini tekhnologi sudah sangat mengalami
perkembangan dan kemajuan,oleh karena itu maka tidak bias dipungkiri lagi bahwa
manusia harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Kasih
sayang merupakan sifat Allah yang sangat banyak disebutkan dalam al-qur’an.
Dengan demikian maka kita sebagai manusia yang taat, percaya dan bertaqwa
kepada-Nya, tentu harus berupaya untuk meneladani sifat keutamaan Allah
tersebut dalam menjalani kehidupan, karena sesuai janji-Nya, Allah akan
menjadikan kasih sayang ada di dalam hati orang-orang beriman dan beramal
sholeh.[3]
Sebagaimana
firman-Nya dalam surat Maryam ayat 96 sebagi berikut :
اِنَّ الذِيْن امَنُو وَعَمِلُ
الصَّلحَاَتِ سَيَجْعلُ لَهُم الرَّحْمَاُنُ وُدَّ
Artinya : Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, yang Maha Rahman (Allah SWT) akan
mengadakan perasaan kasih sayang bagi sesamanya. (QS. Maryam :
96)
Dimana dari ayat tersebut dapat kita pahami
secara logika bahwa setiap mukmin seharusnya hidup berdampingan dengun penuh
kasih, karena Allah SWT telah member masing-masing manusia sifat kasih saying,
namun di dalam realitanya pada masa sekarang adalah penuh dengan permusuhan,
pertikaian, perselisihan, dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya, hal itu
mencerminkan betapa minimnya sifat kasih sayang pada masa sekarang ini.
Sedangkan Islam dalam berbagai ayat
al-qur’an maupun hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam juga telah banyak
menganjurkan akan pentingnya kasih sayang terhadap sesama, serta melarang
sifat yang berbau permusuhan dan pertikaian.
Oleh karena itu Allah sangat menjunjung
tinggi orang yang memiliki sifat kasih saynang terhadap sesama, karena jika
seseorang telah memiliki sifat kasih sayang terhadap sesamanya, maka Allah akan
mengasihinya dan kasih sayang Allah SWT tersebut akan diletakkan dihati para
Malaikat dan semua anak Adam, sehingga para Malaikat dan semua anak manusia
akan mengasihi orang yang memberikan kasihnya kepada orang lain dan begitu pula
sebaliknya.[4]
Dengan
demikian maka menyambung tali silaturrahmi akan dapat menjadi sarana kelapangan
rizki dan panjangnya umur. Hal itu sebagaimana hadits Nabi :
عَنْ اِبْنِ شِهَا بٍ قَا َلَ :
اَخْبَرَنِي َاّنسِ بْن ماَ لِكْ اَنَّ رَسُول لله ص م قاَ لَ : مِنْ اَحَبَّ اَنْ
يُبْسَط لَهُ فيِ رِزْقِهِ وَىُيْنساَءَ لَهُ فيِ اَثُرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
متفق عليه[5]
Artinya : dari Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik
berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : barang siapa ingin
dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
dia menyambung tali kasih dengan keluarganya.(H.R. Bukhori Muslim)
Dari
kutipan hadits tersebut dapat difahami bahwa bahwa menyambung tali persaudaraan
atau kekeluargaan akan mendatangkan kelapangan rizki dan panjang umur.
Di lapanghkan rizki dari kutipan
hadits tersebut dapat difahami secara obyektif, karena salah satu modal untuk
mendapatkan rizki adalah dengan kita berhubungan baik dengan sesama manusia,
peluang-peluang bisnis misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita
dengan masyarakat luas, bahkan jika kita lihat pada realita sekarang
kepercayaan rekanan bisnis adalah lebih diutamakan daripada yang lainya.
Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan
umur bias dalam pengertian sebenarnya yakni ditambah umurnya dari yang
sudah ditentukan Allah SWT atau dipanjangkan umurnya disini hanya sebatas dalam
pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur yang mendapat taufiq dari
Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga namanya
akan abadi dan akan senantiasa dikenang dalam waktu yang lama.[6]
Meskipun menyambung bukanlah sekedar
mengimbangi kebajikan yang telah dilakukan oleh sanak keluarga akan tetapi
penyambung tali kekeluargaan adalah orang yang ketika ada keluarga yang karena
suatu sebab seseorang tersebut memutuskan hubungan kekeluargaan dengannya, dia
sanggup dan bersedia untuk memperbaiki dan menyambung tali yang telah
diputuskan tersebut.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
Bukhari Muslim dikatakan bahwa rahim atau kasih sayang dalam arti lain
kekeluargaan itu sudah tergantung di Arsy, dimana siapa yanag
menyambungnya dengan dia maka Allah pun akan menyambungnya dan begitu pula
sebaliknya siapa yang memutuskan Allah Allah juga akan memutusnya.[7]
Bunyi hadits tersebut yaitu :
عَنْ عَا ئِشَهَ رَ ضِيَ اللهُ
عَنْهَا عَنِ النَّبِي ص م قَا لَ : الرَّحِمُ مُعَلّقَةُ بِااْلعَرْشِ تَقُولُ :
مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ, وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ الله متفق عليه
Artinya : Dari
Aisyah r.a dari Nabi saw bersabda : Rahim atau kekeluargaan itu tergantung di
Arsy. Rahim itu berkata : barang siapa menyambungku Allah akan menyambungnya,
dan barang siapa memutusku maka Allah akan memutuskan hubungan dengan dia. (H.R.
Bukhari dan Muslim).[8]
Ketika seorang umat mengupayakan
dirinya untuk memutuskan tali silaturrahmi maka akan hilanglah keharmonisan
sebuah persahabatan atau persaudaraan, sehingga yang tinggal hanyalah kegalauan
dalam hidup karena ketika dia putuskan hubungan dengan keluarga maka Allah pun
akan memutuskan hubungan dengannya.
Ketika Allah sudah memutuskan hubungan
dengan hamba-Nya maka tidak ada yang terjadi dalam diri hamba tersebut kecuali
penderitaan, namun jika seorang hamba memiliki hubungan yang harmonis dengan
Allah sebagi pencipta dan pemiliknya maka hanya kebahagiaan dan ketentraman
yang dia rasakan, oleh karena itu maka tidak heran jika suatu ketika seorang
sahabat meminta kepada Nabi untuk ditunjukkan terhadap amalan yang dapat
memasukkan kesurga, dan Nabi pun mengatakan bahwa salah satunya adalah
menyambung tali persaudaraan. Adapun
bunyi Haditsnya adalah sebagai berikut :
عَنْ اَبِي اَيوُبَ خاَ لِدِ ابْنِ
زَيْدٍ الاَنْصَا رِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَا لَ : َانَّ رَجُلًا قَا لَ : يَا
َرسُو لَ لله َاخْبِرنِي بَعْملُ يدْخِلْنِي اْلجنَّةَ فَقَالَ النَّبِي ص م : تَعبُدُاللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْاءً وَتُقِيمُ
الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكاَةَ وَتَصِلَ الرَّحِمِ متفق عليه
Artinya : Dari
Ayyub Khalid bin Zaid Al- Anshariy ra. Ia berkata : ada seseorang
bertanya kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal
yang dapat memasukkanku kedalam surga. “ Nabi saw menjawab : “ sembahlah Allah
dan jangan mempersekutukan-Nya, dirikanlah
salat, bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan.”[9](H.R. Bukhari dan Muslim)
Maka dari kutipan hadits riwayat
Bukhari dan Muslim diatas dengan jelas dapat kita fahami bahwa secara
tegas Nabi menyampaikan bahwa silarurrahmi termasuk amalan yang dapat
memasukkan seseorang kedalam surga Allah, apabila orang tersebut
beriman,mendirikan shalat, dan memberikan hak fakir miskin dengan mengeluarkan
zakat.
Hadis
memelihara silaturrahim sebagai berikut :
حدثنا محمد بن ابي يعقوب الكرماني
حدثنا حسان حدثنا يونس قال محمد هو الزهري عن انس بن مالك رضي الله عنه قال سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من سره ان يبسط له في رزقه او ينسا له في اثره
فليصل رحمه[10]
Kosa kata:
v Saya telah mendengar : سمعت
v Menggembirakan : سر
v Mengembangkan : يبسط
v Maka sambunglah : فليصل
Artinya:
Dari Anas bin Malik RA. Berkata, “saya telah mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “ barang siapa yang ingin bergembira (mengembangkan) rizkinya atau
menghendaki para atsar (bekas) nya maka niscayalah ia harus menyambung tali
silaturrahiim.” HR. Al-Bukhari.
Maksud dari
hadits di atas, bergembira (mengembangkan) rizki ialah menjalin persaudaraan
(silaturrahiim) terhadap seorang muslim dan sesama umat manusia karena
perbuatan tersebut dapat melapangkan atau meluaskan rizki seseorang dan yang
paling penting dengan silaturrahiim dapat mempererat tali persaudaraan dan juga
melapangkan rizki tentunya.
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam
pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap
pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu
menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang
selalu.
Orang yang selalu bersilaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan
relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu factor yang akan menunjang
kesuksesan seseorang dalam berusaha. Selain dengan banyaknya teman akan
memperbanyak saudara dan berarti pula ialah meningkatkan ketakwaan kepada
Allah. Hal ini karena telah melaksanakan perintah-Nya, yakni menghubungkan
silaturahmi. Bagi mereka yang bertakwa Allah akan memberikan kemudahan dalam
setiap urusannya. Allah SWT berfirman :
فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ
فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ
عَدْلٍ مِّنكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل
لَّهُ مَخْرَجاً ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً ﴿٣﴾
Artinya :
Barang siapa yang bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3).
Bagi mereka yang suka silaturahmi akan dipanjangkan usianya adalah sangat
logis meskipun memerlukan pemahaman dan persepsi yang berbeda. Memang benar
umur manusia itu sudah dibatasi dan tidak ada seorang pun yang mampu mengubah
kehendak Allah. Akan tetapi dengan banyaknya silaturahmi, akan banyak berbuat
kebaikan dengan sesama manusia yang berarti pula akan semakin banyak
mendapatkan pahala. Banyak silaturahmi pun akan menumbuhkan rasa kasih sayang
anatra sesama dan menimbulkan ghairah hidup tersendiri karena ia banyak saudara
yang akan bahu membahu dalam memecahkan berbagai problematika hidup yang selalu
mengikuti manusia.[11]
Silaturahmi
secara konkrit dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk antara lain sebagai berikut
:
- Berbuat baik atau ihsan terutama dengan memberikan bantuan materiil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun yang harus diprioritaskan untuk dibantu adalah karib kerabat dibanding dengan pihak-pihak lain yakni diantaranya ada anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, dan lain-lain. Karena jika karib kerabat tersebut seorang yang miskin maka bersedekah kepada kerabat tersebut bermakna ganda ; yakni sedekah sekaligus silaturrahmi.[12] Dengan demikian jelas bahwa dari ukhuwah antar karib kerabat adalah lebih utama.
- Memelihara dan meningkatkan rasa kasih sayang sesame kerabat maupun sesama muslim maupun orang lain dapat dapat diaplikasikan dengan sikap saling kenal-mengenal, hormat-menghormati, bertukar salam, kunjung-mengunjungi, surat-menyurat, bertukar hadiah, jenguk-menjenguk, bantu-membantu, dan berkerja sama menyelenggarakan walimahan, dan lain-lain.[13]
Dan
itu semua bisa dikatakan silaturrahmi dengan catatan hal-hal tersebut
diorientasikan untuk meningkatkan persaudaraan.
Kemudian selain dapat meningkatkan dan
mempererat hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat pada khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya, silaturrahmi juga dapat memberi manfaat lain baik di dunia maupun akhirat. Dan
diantara manfaat lain itu adalah :
- Mendapat rahmat, nikmat, dan ihsan dari Allah SWT
Sebagaimana
penjelasaan hadits yang telah dikumukakan dibagian awal bahwa barang siapa yang
menyambung rahim atau tali persaudaraan maka Allah SWT pun juga akan
menghunghubungkannya namun begitu pula sebaliknya, karena menurut sebagian
ulama, hakikat dari silaturrahmi adalah al-‘athfu wa ar-rahmah yang
berarti lemah lembut dan kasih sayang, sedangkan shilatullah dengan hamba-hamba-Nya.’Athfullah berarti ihsan dan
nikmat-Nya. Dengan demikian maka orang-orang
yang melakukan silaturrahmi akan mendapatkan rahmat, nikmat, dan ihsan dari
Allah SWT.
2.
Masuk surga dan jauh dari neraka
Secara khusus
disebut oleh Rasulullah saw bahwa sesudah amalan pokok, silaturrahmi dapat
mengantarkan seseorang ke seseorang ke surga dan menjauhkan dari neraka
sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Abu
Ayyub ibn Zaid al-Ansari sebagai berikut :
عَنْ اَبِي اَيوُبَ خاَ لِدِ ابْنِ
زَيْدٍ الاَنْصَا رِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَا لَ : َانَّ رَجُلًا قَا لَ : يَا
َرسُو لَ لله َاخْبِرنِي بَعْملُ يدْخِلْنِي اْلجنَّةَ فَقَالَ النَّبِي ص م : تَعبُدُاللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْاءً وَتُقِيمُ
الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكاَةَ وَتَصِلَ الرَّحِمِ متفق عليه
Artinya :
Dari Ayyub Khalid bin Zaid Al- Anshariy ra. Ia berkata
: ada seseorang bertanya kepada Rasulullah : “ Wahai Rasulullah,
beritahukanlah kepadaku amal yang dapat memasukkanku kedalam surga. “ Nabi saw
menjawab : “ sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya, dirikanlah salat,
bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan.”[14](H.R. Bukhari dan Muslim)
3.
Lapang rizki dan panjang umur
Secara lebih konkret Rasulullah saw menjanjikan rizki yang
lapang dan umur yang panjang bagi orang-orang yang melakukan sillaturrahmi
sebagaimana sabda beliau :
عَنْ اِبْنِ شِهَا بٍ قَا َلَ :
اَخْبَرَنِي َاّنسِ بْن ماَ لِكْ اَنَّ رَسُول لله ص م قاَ لَ : مِنْ اَحَبَّ اَنْ
يُبْسَط لَهُ فيِ رِزْقِهِ وَىُيْنساَءَ لَهُ فيِ اَثُرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
متفق عليه
Artinya : dari
Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah
saw bersabda : barang siapa ingin dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali kasih dengan
keluarganya.
4. Dengan
bersilaturahmi, kita dapat menyampaikan dakwah, menyampaikan ilmu, menyuruh
berbuat baik, dan mencegah berbagai kemungkaran yang mungkin akan terus
berlangsunng apabila kita tidak mencegahnya.
5.
Dengan bersilaturahmi akan
menumbuhkan sikap saling tolong-menolong dan mengetahui keadaan karib kerabat.
d. Silaturahmi dalam pandangan Al-Quran
Sejauh pengamatan kami terhadap ayat-ayat al-Quran, kami tidak menemukan
satu ayat pun yang memerintahkan silaturahmi dengan bentuk fi'il amr dari
lafadz وصل yang kami temukan bukab fi'il amr, melainkan bentuk fi'il madhi yang
terdapat dalam surat al-Qoshos ayat 51 dan fi'il mudhore yang diulang sepuluh
kali pada enam surat (Abdul Baqi, tt : 919). Meskipun demikian, bukan
berarti al-Quran tidak memerintahkan silaturahmi, tetapi silaturahmi dalam
al-Quran digunakan dengan lafadz yang lain.
Bila kita mencermati kembali makna rahim, kita temukan bahwa makna rahim
itu adalah kerabat, sebagaimana diungkap oleh ar-Roghib dan Ahmad Warson. Di
dalam al-Quran dijumpai beberapa ayat yang memerintahkan untuk memberikan hak
kepada kerabat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa silaturahmi diperintahkan
dalam al-Quran walaupun menggunakan redaksi lain. Ayat-ayat yang dimaksud
antara lain adalah sebagai berikut :
Surat an-Nahl ayat 90
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya
:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku 'adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Pada ayat tersebut terdapat perintah memberi bantuan kepada kerabat dekat,
terkait dengan makna tersebut, Ats-tsa’labi (tt: 2: 321), As-Sulami (2001:
1:372), ‘izz bin Abdussalam (1996: 1: 577), Fahrurrozi (tt: 1: 2747), dan Ahmad
bin Muhammad bin Mahdi (2002: 24:73) mereka menafsirkan bahwa ungkapan tersebut
bermakna perintah untuk silaturahmi.
Surat al-Isra ayat 26
وَآتِ
ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ
تَبْذِيرًا
Artinya
:
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros”.
Pada ayat ini terdapat perintah Dan berikanlah
haknya kepada kerabat dekat, menurut Baidhowi (tt: 1: 441), Al-Khozin (1979: 4:
157) bahwa makna kerabat tersebut adalah perintah untuk menyambungkan
silaturahmi.
Banyak
sekali kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupannya yang mencerminkan
silaturrahim. Sehingga silaturrahim dapat dilakukan dalam berbagai ruang
seperti berikut:
1. Silaturrahim dalam Keluarga
Banyak kegiatan yang dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga, dalam rangka menjaga tali silaturahim antar
keluarga. Contohnya yaitu tasyakuran, haul keluarga yang telah meninggal,
tasyakuran, dll.
2. Silaturahim dalam bidang pendidikan
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang mencerminkan silaturahim di
antaranya adalah proses belajar-mengajar, temu wali murid, alumni, dll.
3.
Silaturahim dalam bidang social
Ruang
social kemasyarakatan merupakan ruang kehidupan yang majemuk dan heterogen
berdasarkan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, anatar individu
dalam masyarakat tersebut dalam masyarakat tersebut dapat disatukan dan
dieratkan melalui berbagai kegiatan seperti bakti social, peringatan hari
pahlawan, dll.
4.
Silaturahim dalam bidang ekonomi
Silaturahim
dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama antar daerah (kabupaten), kerjasama antar
propinsi, bahkan kerjasama antar Negara. Selain itu, banyak sistem bisnis yang
dapat mengkoneksikan satu orang dengan yang lainya yang memungkinkan adanya
ikatan silaturahim seperti arisan, MLM, dan sistem bisnis lainya.
5.
Silaturahim dalam bidang politik
Kegiatan-kegiatan
yang mencerminkan silaturahim yang dilakukan dalam dunia politik di antaranya
adalah pelatihan kader dasar partai politik, raker parpol, munas parpol,
kampanye parpol, dan kegiatan lainya.[15]
e.
Hakikat
Silaturrahmi
Hakikat silaturrahim bukan hanya
sekadar wujud perjumpaan fisik dua orang manusia, kemudian saling menyapa dan
berbicara secara verbal, melainkan seyogyanya saling membuka diri,
berkomunikasi dari hati ke hati dengan dasar ketulusan, kejujuran dan saling menghargai.
Karena itu, cinta harus dijadikan
pondasi yang paling kokoh di dalam kerangka bersilaturrahim tersebut sebab itu
pula yang dicontohkan oleh Rasulullah saw kepada kita. Beliau bersabda.
Artinya :
“Silaturrahim
bukanlah mengunjungi seseorang untuk membalas kebaikannya, tetapi silaturrahim
adalah menyambung yang terputus”.
Pantaslah, kita mempunyai istilah yang
sangat luhur untuk menyebut kandungan ibu dengan ‘rahim’ karena dalam nuansa
seorang ibu yang sedang mengandung, perasaan sang ibu dengan bayi yang
dikandungnya seakan menyatu dalam cintanya, melebur dalam kasih dan sayangnya. Tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Dengan keterbukaan hati untuk menerima
kehadiran orang lain atas dasar cinta dan kasih sayang yang tulus, silaturrahim
tidak selamanya harus diwujudkan dalam bentuk face to face ‘tatap muka’, saat
ini dengan bantuan berbagai macam media komunikasi kita bisa saling
mengungkapkan perasaan walaupun dari jarak dan tempat yang berjauhan. Berkat
kecanggihan teknologi komunikasi masa kini, dimensi waktu dan ruang tidak lagi
menjadi kendala untuk membangun jaringan silaturrahim yang semakin berkualitas.
Namun
pada kenyataannya, di era globasisasi seperti sekarang ini, ketika kehidupan
masyarakat mengalami kemajuan yang semakin pesat. Tuntutan kebutuhan hidup
turut pula meningkat, akibatnya, suka atau tidak suka, kita melihat masyarakat
secara sadar ‘terjebak’ dalam berbagai macam kesibukan yang membuat interaksi
antara satu dengan yang lain semakin renggang. Terlebih lagi mereka dituntut
memiliki mobilitas yang tinggi bila tidak ingin ketinggalan ‘kereta’, namun
sangat disayangkan mobilitas tersebut justru semakin membuat mereka
memperhatikan kepentingan dirinya sendiri (hedonisme). Di sinilah silaturrahim
menemukan momentumnya yang teramat penting.
Menyadari betapa eksistensi
silaturrahim sangat berarti sebagai media perekat bagi kehidupan bermasyarakat,
Nabi saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia menyambung tali silaturrahim” (Muttafaq ‘alaih).
f.
Keutamaan Silaturrahim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي
الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ أََحَبَّ أَنْ
يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ (أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ).
Dari
Abi Hurairah ra. Ia berkata : bersabda rasulullah saw. : “ Barang siapa yang
ingin di luaskan rizqinya dan di panjangkan umurnya maka hendaknya ia
menyambung silaturahmi”. ( H.R Bukhari)
Hadits yang agung ini memberikan salah satu
gambaran tentang keutamaan silaturahmi. Yaitu dipanjangkan umur pelakunya dan
dilapangkan rizkinya.
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
Adapun penundaan ajal atau perpanjangan umur, terdapat satu permasalahan; yaitu bagaimana mungkin ajal diakhirkan? Bukankah ajal telah ditetapkan dan tidak dapat bertambah dan berkurang sebagaimana firmanNya:
.وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ
لاَيَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: “Maka apabila
telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan
tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al A’raf: 34).
Jawaban para ulama tentang
masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya,
Pertama,
Yang
dimaksud dengan tambahan di sini, yaitu tambahan berkah dalam umur. Kemudahan
melakukan ketaatan dan menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya di
akhirat, serta terjaga dari kesia-siaan.
Kedua,
Berkaitan dengan ilmu yang ada pada malaikat yang terdapat di Lauh Mahfudz dan
semisalnya. Umpama usia si fulan tertulis dalam Lauh Mahfuzh berumur 60 tahun.
Akan tetapi jika dia menyambung silaturahim, maka akan mendapatkan tambahan 40
tahun, dan Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi padanya (apakah ia akan
menyambung silaturahim ataukah tidak).
Demikian
ini ditinjau dari ilmu Allah. Apa yang telah ditakdirkan, maka tidak akan ada
tambahannya. Bahkan tambahan tersebut adalah mustahil. Sedangkan ditinjau dari
ilmu makhluk, maka akan tergambar adanya perpanjangan (usia).
Ketiga,
Yang dimaksud, bahwa namanya tetap diingat dan dipuji. Sehingga seolah-olah ia
tidak pernah mati. Demikianlah yang diceritakan oleh Al Qadli, dan riwayat ini
dha’if (lemah) atau bathil. Wallahu a’lam. [Shahih Muslim dengan Syarah
Nawawi, bab Shilaturrahim Wa Tahrimu Qathi’atiha (16/114)]
Keutamaan silaturahmi yang
lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak
hadits. Diantaranya ialah :
Pertama,
Silaturahmi
merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana dijelaskan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Abu Hurairh, beliau
bersabda, dipanjangkan umur dan dilapangkan rizkinya oleh allah
Artinya:
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.”
(Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua,
Mendapatkan
rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam ,
Artinya:
“Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai
menyempurnakannya, bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang
berlindung kepada Engkau dari pemutus rahim.” Allah
menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku sambung orang yang menyambungmu dan
memutus orang yang memutusmu?” Dia menjawab,“Ya, wahai Rabb.””
(Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah
berkata,“Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia
kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi
menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau,“Para ulama berkata, ‘hakikat
shilah adalah kasih-sayang dan rahmat. Sehingga, makna kata ‘Allah menyambung’
adalah ungkapan dari kasih-sayang dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas
Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga,
Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan dijauhkan dari api
neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
Artinya:
“Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata,
seorang berkata,”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat
memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab,“Menyembah
Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan
bersilaturahmi.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).[2]
g.
Cara yang baik untuk Silaturrahim
Cara yang baik untuk silaturrahim sebagai berikut :
1. Nyatakan Cintamu
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan
cinta kepadanya.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Berikan Wajah Bahagia
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
sallam berpesan mengenai hal ini, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun,
walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (Hadits Riwayat Muslim)
3. Jabatlah Tangannya
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda, “Tidak ada dua orang Muslim yang berjumpa lalu berjabat tangan
melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (Hadits Riwayat Abu
Dawud)
4. Saling Kunjunglah
Hal ini dijanjikan langsung oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam sebuah hadits Qudsi, “Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang
mencintai karena Aku, keduanya saling berkunjung karena Aku, dan saling memberi
karena Aku’.” (Hadits Riwayat Imam Malik dalam Al-Muwaththa’)
5. Mengucapkan Selamat
Sekali lagi Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan pesan kepada kita, “Barangsiapa bertemu
saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah
akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (Hadits Riwayat Thabrani dalam Mu’jam
Shagir)
6. Saling Menghadiahi
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
sallam juga berpesan lewat Anas bin Malik, “Hendaklah kamu saling beri hadiah
karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran
hati.” (Thabrani)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga
meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Biasakanlah kamu
saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”
7. Saling Bantu
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
sallam berpesan, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mu’min di dunia pasti
Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang
kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat.
Siapa yang menutupi (‘aib) seorang Muslim, pasti Allah akan menutupi (‘aibnya)
di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba
tersebut menolong saudaranya.” (Hadits Riwayat Muslim)
8. Memenuhi Hak-haknya
Penuhilah hak-hak saudari Muslimahmu
siapapun dia, tanpa memandang bangsa, bahasa, warna kulit maupun kedudukan
serta kekayaannya.
Ibnu Qudamah dalam kitab Minhajul Qashidin menyimpulkan
sederetan hak Muslim yang wajib dipenuhi Muslim yang lain, yang dipetik dari
Al-Quran dan hadits-hadits, di antaranya:
a. Mengucapkan salam kepadanya saat
bertemu
b. Memenuhi undangannya
c. Menjawab bersinnya bila ia
mengucap Alhamdulillah
d. Menjenguknya jika sakit
e. Menghadiri jenazahnya saat meninggal
dunia
f. Memberikan bagiannya dari harta
Anda jika dia memerlukan bantuan
g. Memberinya nasihat jika dia
meminta nasihat
h. Menjaga dirinya saat dia
berjauhan
i. Mencintai bagi dirinya apa yang
engkau cintai bagi dirimu
j. Membenci bagi dirinya apa yang
engkau benci bagi dirimu.
9. Jangan Menyakiti Hatinya
Waspadalah
terhadap diri kita sendiri agar jangan sampai menyakiti perasaan dan badan
Muslimah lain. Lebih baik banyak-banyak minta maaf kepada saudari Muslimah
kita, meskipun di permukaan kita tidak memiliki masalah.
10. Jangan
Memboikotnya
Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wa sallam mewanti-wanti setiap Muslim dan Muslimah, lewat
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Tidak diperbolehkan bagi orang mu’min
(mu’minah) untuk menghindari (tidak bicara, tidak menyapa, tidak berhubungan)
orang mu’min lainnya lebih dari tiga hari. Jika sudah lebih dari tiga hari lalu dia bertemu dengannya
maka hendaklah dia mengucapkan salam kepadanya. Jika dia menjawab salamnya maka
keduanya bersekutu dalam pahala. Jika dia tidak menjawab salamnya maka yang
mengucapkan salam terbebas dari dosa menghindarinya.” (Hadits Riwayat
Al-Bukhari dan Abu Daud)
11. Menjaga Diri dan Hartanya
Jika
saudari Muslimah kita mendapat gangguan dari orang jahat maka kita harus
membantu sebisa mungkin. Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata, “Tidak layak
disebut orang bijaksana jika dia tidak berusaha membela orang yang diperlakukan
dengan cara tidak baik, hingga Allah memberinya jalan keluar.”
12. Perbanyaklah Bergaul dengan
Muslimah Miskin
Muslimah
yang miskin dan anak-anak perempuan yatim lebih utama untuk dipergauli. Tidak
banyak bergaul dengan orang-orang kaya dan hendaknya lebih banyak bergaul
dengan orang-orang miskin, serta berbuat baik kepada anak-anak yatim.
13. Jangan Biarkan Imannya Melenceng
Imam al-Bukhari dalam kitab Al-Adab
al-Mufrad meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
sallam, “Tidak ada dua orang yang mencintai satu sama lain karena Allah, atau
karena Islam, akan membiarkan pelanggaran kecil pertama yang dilakukan salah
satu dari mereka.”
Kalau
saudari Muslimah kita mendekati kemaksiatan dan kekafiran, wajib hukumnya kita
mengingatkan. Bukan mendiamkan, apalagi sekadar menjadikannya bahan gunjingan.
14. Menahan Marah Kepadanya
Marah
itu manusiawi. Tapi mudah memaafkan jauh lebih dimuliakan oleh Allah daripada
mengikuti nafsu amarah. Memaafkan tidak berarti membiarkan saudari kita
tenggelam dalam kesalahan. Namun sikap memaafkan akan meredam marah yang
berlebihan sehingga kita lebih terfokus pada usaha memperbaiki kesalahannya.
Allah berfirman, “… [mereka] yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan). Dan Allah mencintai orang yang
berbuat kebaikan.” (Al-Quran surah Ali-`Imran: 134)
15. Tidak Menggunjing atau
Menjelek-jelekkannya
Gosip
dan gunjingan adalah haram menurut Al-Quran. Allah memperingatkan, “… Janganlah
ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahapenerima Taubat,
Mahapenyayang.” (Al-Hujurat: 49 ayat 12)
16. Hindari Debat, Lelucon yang
Menyakitkan, dan Pelanggaran Janji
Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan
hadits yang berbunyi, “Jangan berdebat dengan saudaramu, jangan bercanda
berlebihan dengan dia, jangan membuat janji dengannya kemudian kamu ingkari.”
Berdebat
membuat hati kaku dan jendela syeitan untuk merusak hubungan. Lelucon yang
menyakitkan menumbuhkan kebencian dan meremehkan orang lain. Pelanggaran janji
menyulut kemarahan dan menghancurkan benih-benih cinta.
17. Mendoakannya
Sebagaimana kita suka didoakan orang
lain, sering-seringlah mendoakan saudari kita tanpa sepengetahuannya, karena
cara berdoa yang seperti itu salah satu yang paling maqbul.
h.
Makna Silaturrahim
Makna "ar-rahim" adalah
para kerabat dekat. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : "Ar-rahim secara umum
adalah dimaksudkan untuk para kerabat dekat. Antar mereka terdapat garis nasab
(keturunan), baik berhak mewarisi atau tidak, dan sebagai mahram atau
tidak".
Menurut pendapat lain, mereka adalah
maharim (para kerabat dekat yang haram dinikahi) saja.
Pendapat
pertama lebih kuat, sebab menurut batasan yang kedua, anak-anak paman dan
anak-anak bibi bukan kerabat dekat karena tidak termasuk yang haram dinikahi,
padahal tidak demikian. [Fathul Bari, 10/414]
Silaturrahim, sebagaimana dikatakan oleh
Al-Mulla Ali Al-Qari adalah kinayah (ungkapan/sindiran) tentang berbuat baik
kepada para kerabat dekat -baik menurut garis keturunan maupun perkawinan-
berlemah lembut dan mengasihi mereka serta menjaga keadaan mereka. [Lihat,
Murqatul Mafatih, 8/645]
[1] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset, 2007 ), Cet. IX, hlm. 183
[2] Hussein Bahresi, Hadits Shohih Bukhari-Muslim (
Surabaya : Karya Utama, Tt), hlm 140
[3] Juwariyah, Hadits Tarbawi, ( Yogyakarta : Teras, 2010
), Cet. I hlm. 48
[5] Imam Abi Zakariya, Riyadhu Asshalihin, Terj. Ahmad
Sunarto, ( Jakarta : Pustaka Amani,1999 ) juz I hlm 329
[6] Yunahar Ilyas, Op Cit, hlm 190
[7] Juwariyah OP Cit, hlm 51
[8] OP Cit hlm 332
[10] Lu’lu u wal marjan:1657
[11] Melukisbintang.blogspot.co.uk
[15]
Ahmad Fauzan, Kedahsyatan Silaturrahmi, (Yogyakarta: Madin
Press, 2010), hlm. 79-80
Tidak ada komentar:
Posting Komentar