BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Salah satu ilmu yang dapat membantu
terwujudnya manusia yang berkualitas adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut
satu mata rantai dengan ilmu-ilmu lainnya dengan pada sisi luar yang dhahir
yang tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat terpisah keduanya.
Ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin sebagaimana pendapat Syekh
al-Manawi dalam kitab Faed al-Qadir dalam menjelaskan hadis Nabi :
‘Ilmu itu dua macam,
ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang
diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hukum, atas anak cucu Adam. Dari
Abi Syaebah dan Hakim dari Hasan dan dikatakan Syekh al-Manawi bahwa ilmu
bathin itu keluar dari qalbu dan ilmu dhahir itu keluar dari lidah.
Bahwa ilmu bathin yang keluar dari qalbu
itu adalah tasawuf, yang dikerjakan dan diamalkan oleh qalbu atau
hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu yang diucapkan
oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut juga ilmu syari’ah.
Ilmu
tersebut tidak dapat terpisah keduanya karena ilmu dhahir diucapkan dan
digerakkan oleh tubuh/jasad dan ilmu bathin diamalkan oleh qalbu
dan serentak pengamalannya bersamaan keduanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan makin dalam ilmu Tasawuf
seseorang itu semakin mendalam pula pengamalan syari’at-nya dan
kewarasannya. Seorang Sufi sangat menjaga syari’at-nya dan bathin-nya,
bahkan keluar masuk nafasnya dan khatar (kata hatinya) itu, juga
dipeliharanya.
Orang-orang yang memelihara nafasnya yakni keluar masuk atau turun naiknya
nafas itu berbarengan dengan disertai dzikir rahasia melalui qalbu-nya,
misalnya dzikir Allah ( الله )
misalnya pada saat itu nafasnya keluar/turun, dan dengan dzikir hua
( هو )
pada saat nafasnya masuk/naik, amalan seperti ini adalah amalan-amalan Sufi.
Selama
manusia itu bernafas, maka dzikir bathin tersebut dapat diamalkan
baik di waktu duduk, berdiri, maupun berbaring, bahkan dalam kondisi
bagaimanapun dzikir bathin itu dapat
diamalkan.
Manusia yang amalannya
demikian tidak terpisah dengan Allah, sehingga sulit untuk melupakan Allah,
apalagi berpikir berbuat dosa dan melanggar perintah Allah, karena tidak akan
dapat berkumpul bersama-sama pada waktu bersamaan pada seseorang dalam qalbu-nya,
nafasnya ber-dzikir kepada Allah, sementara jasadnya berbuat dosa.
Tetapi yang pasti adalah ber-dzikir qalbu-nya dan diamalkan oleh
jasadnya dan masuk sampai dalam sumsum tulang, atau dimensi dalam dan amalan
cara itu pula yang disebut Tasawuf.
Tasawuf
sebagai sumsum tulang atau dimensi dalam, dari wahyu ke-Islaman, adalah upaya
dalam yang luhur, dimana tauhid tercapai. Semua orang Islam yakin akan
kesatuan sebagaimana terungkap di dalam syahadat.
Dari penjelasan di
atas, dapat dipahami bahwa Tasawuf adalah salah satu dari ilmu-ilmu
ke-Islaman yang begitu menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, pada makalah ini
akan diuraikan :
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimasud
dengan tasawuf ?
- Bagaiman sejarah timbul dan perkembangan tasawuf ?
3. Bagaiman
fungsi tasawuf secara umum dan khusus?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian tasawuf
2. Untuk mengetahui sejarah timbul dan perkembangan tasawuf
3.
Untuk mengetahui bagaiman fungsi tasawuf secara umum
dan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Sangat sulit menentukan berasal dari kata apa perkataan tasawuf
atau sufi itu, karena sangat banyak pendapat yang muncul mengenai hal
ini, seperti :
a.
Ada
yang berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffatul masjid
yang artinya serambi masjid. Pendapat ini dihubungkan dengan kebiasaan
orang-orang fakir islam yang tidak mempunyai keluarga dan tempat perlindungan ,
mereka selalu mengambil tempat diserambi masjid Madinah untuk meningkatkan
amal, menyempurnakan bathin dan jiwa. Mereka tidak tergerak ketempat pertanian,
perniagaan,dan rasulullah mendorog manusia untuk menolong mereka, memberi makan
mereka , dan duduk bersama mereka. ( PPPTA IAIN SU, 1981/1982:1)[1]
b.
Ulama
lain berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaf yang artinya barisan dalam shalat. Hal ini
dihubungkan dengan kebiasaan orang-orang sufi yang selalu mengambil tempat di
barisan ( shaf) pertama pada setiap shalat berjamaah di masjid.
c.
Sebagian
uluma lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf, artinya bulu
domba. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan orang sufi pada masa dulu yang
selalu memakai kain wool ( terbuat dari bulu domba) sebagai pelambang prinsip
kehidupan mereka yang mengutamakan kesederhanaan dan menjauhi kemewahan.
d.
Sebagian
lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti
kesucian, hal ini dihubungkan dengan kebiasaan dan prinsip hidup sufi yang
senantiasa ingin suci, jauh dari segala bentuk yang haram, yang kotor, supaya
dapat lebih dekat dengan Sang pencipta.
e.
Ada
pula yang mengtakan bahwa kata tasawuf dalam bahasa arab berkaitan erat dengan
kata shofis = kebijaksanaan dalam bahasa Yunani . dan umumnya kaum
orientalist mendukung pendapat ini dengan mengatakan bahwa ilmu tasawuf dalam
dunia islam belum berkembang sebelum dimasuki pengaruh filsafat Yunani. Tetapi
pendapat ini ditolak oleh ulama-ulama tasawuf.
Pengertian Tasawuf Secara Terminology
Ada banyak
definisi yang telah dibuat oleh untuk menjelaskan pengertian tasawuf secara
terminology. Berikut beberapa diantaranya:
a. Menurut Abu
Qasim al-Qusyaeri (376-466), tasawuf ialah penjabaran ajaran Alquran,
sunnah, berjuang mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah,
mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah.[2]
b. Menurut
Ahmad Amin tasawuf ialah bertekun dalam ibadah, berhubungan langsung dengan
Allah SWT., menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang
diburu oleh orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk
beribadah.[3]
c. Sedangkan tasawuf menurut Zakaria al- Anshari ialah mengajarkan cara untuk
mensucikan diri, meningkatkan akhlak, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh
orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah
mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh hubungan langsung dengannya.[4]
d. Dan menurut Ibrahim Hilal dalam bukunya ‘Tasawuf Antara Agama dan
Filsafat’, bahwa tasawuf pada umumnya bermakna menempuh kehidupan zuhud,
menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan
berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan shalat malam,
dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang
menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.[5]
Apabila melihat beberapa definisi diatas, maka
dapat diperoleh ungkapan yang singkat dan padat yang mencakup dua segi
yang keduanya membentuk satu kesatuan yang saling menunjang dalam
mendefinisikan tasawuf yang pertama adalah cara dan yang kedua adalah tujuan.
Cara, diantaranya melaksanakan berbagai rangkaian peribadatan, latihan-latihan
rohani sepeerti zuhud. Sedangkan tujuannya ialah mendekatkan diri
kepada sang Khalik yang puncaknya ialah penyaksian (masyadah).
Uraian di atas menunjukan betapa sulitnya menetukan asal kata
tasawuf tersebut. Kesulitan ini akan lebih nampak lagi dalam membahas definisi
tasawuf itu sendiri. Kesulitan mendefinisikan tasawuf itu disebabkan :
1.
Esensi
tasawuf adalah pengalaman bathin diri. Pengalamn bathin adalah sesuatu yang
sukar diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
2.
Lain
sufi akan berbeda pengalaman bathin dengan sufi-sufi yang lain, karena itu ,
apabila tasawuf sebagai pengalaman bathin hendak didefinisikan, niscaya akan
muncul definisi sejumlah orang yang mencoba mengungkapkan peengalaman bathinnya
Tuhan itu.
[6]Oleh karena itu memudahkan menemukan pengertian tentang tasawuf ,
kiranya cara yang ditempuh oleh ibrahim Basyuni dipandang lebih mudah dipahami.
Seperti dikutip oleh Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN SU (
PPPTA IAIN SU ) dalam buku pengantar ilmu tasawuf, Ibrahim Basyuni terlebih
dahulu mengkategorikan definisi-definisi taswuf yang banyak itu berdasarkan 3
sudut pandang yaitu :
1.
Pendefinisian
Tasawuf dari Sudut Bidayah
Pendefinisian
Tasawuf dari Sudut Bidayah maksudnya adalah perasaan manusia dengan fitrahnya
bahwa tidak semua yang ada ini dapat menguasai dirinya. Dibalik semua ini ada
hakikat agung yang memelihara rohnya, menenangkan jiwanya sehingga berusaha
bersungguh-sungguh mendekati Zat Yang Agung itu menyerupai dan berhadapan
dengan Nya. Dia merasakan pada waktu itu pemisah antara dia dengan yang di ajak
berhadapan ini, kemudian sedikit demi sedikit akan terbuka setiap dia berusaha
memasuki Zatnya.
Dan kalau sifat
tamaknya semakin berkurang dan jasadnya semakin hilang, maka pada waktu itu
anggota badannya akan dipenuhi oleh limpahan nur yang masuk menghidupkan
intuisi dan mendorong gerakan tangkas lebih tenang.
Dari
sudut fitrah ini, PPPTA IAIN SU ( 1981/1982:4) menggunakan defenisi tasawuf
antara lain :[7]
a.
Ma’ruf
Al Karkhy mengemukakan bahwa : tasawuf adalah mengambil hakikat dan putus asa
dari apa yang ada ditangan makhluk, maka siapa yang tidak benar-benar fakir dia
tidak benar-benar bertasawuf.
b.
Abu
Turab Al-Nakhsaty mengemukakan bahwa : sufi ialah orang yang tidak mengotori
dirinya dengan sesuatu sehingga bersihlah dengannya segala sesuatu.
c.
Sahl
bin Abdullah Al-Tustary mengemukakan bahwa : sufi ialah orang yang bersih dari
kekeruhan dan penuh dengan fikiran dan terputuslah dia dari manusia dan
terpusatlah kepada Allah ,dan menyamakan antara emas dan loyang.
d.
Dzul
Al-Nun Al-Mishri : sufi ialah orang yang tidak menyusahkan baginya atas segala
permintaan dan tidak menyusahkan bagi diri ketiadaan.
e.
Abu
Al-Husein Al-Nury : sufiyah ialah kaum yang bersih dari segalah kekeruhan
manusia dan penyakit batin dan mereka bebas dari pengaruh syahwat hingga
jadilah mereka pada shaf yang pertama dan derajat yang tinggi beserta kebenaran
, tatkala mereka meninggalkan apa yang selain Allah jadilah mereka tidak
dimiliki dan memiiki. Abu Husein juga mengatakan bahwa: Tasawuf adalah
meninggalakan sejumlah yang menjadi bahagian dirinya agar yang Al-Haq menjadi
bagiannya. Dalam ucapan lain juga dia mengatakan, tasawuf adalah membenci
dunia dan mencintai Allah.
2.
Pendefenisian
dari segi jahidah ( kesungguhan)
Defenisi
tasawuf dari sudut kesungguhan ini telah dimulai dengan pendekatan amaliyah
yaitu dengan merendahkan diri dan pengamalan agama dan pengenalan semua fadhila-fadhilahnya.
Diantara defenisi tasawuf dari sudut Jahidah ini adalah sebagai berikut :
a.
Abu
Muhammad AL-Jari mengaakan : tasawuf adalah memasuki semua akhlak sunni dan
keluar dari semua akhlak yang rendah.
b.
Al-
Kanany mengatakan : Tasawuf adalah akhlak,maka apabila bertambah atas mu akhlak
, maka bertambahlah atas mu kesucian.
c.
Al-Nury
mengatakan : tasawuf itu bukanlah lukisan atau ilmu, akan tetafi dia adalah
akhlak.
d.
Sahl
Bin Abdullah mengatakan : tasawuf adalah sedikit makan dan takut menghadap
Allah dan lari dari manusia.
e.
Sam
Nun mengatakan : tasawuf adalah bahwa engkau tidak memiliki sesuatu dan tidak
dimiliki sesuatu.
f.
Ruaim
mengatakan : tasawuf terdiri dari tiga perangai : berpegang kepada kekafiran
dan mengharap Allah merendaahkan diri dan mendahulukan orang lain tidak
menonjolkan diri dan tidak berusaha.
3.
Pendefenisian
dari segi yang dirasakan
Bahwa
tasawuf adalah kesadaran fitrah yang dapat mengerahkan jiwa kepada kegiatan
–kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan berhubungan dengan wujud
Tuhan yang Mutlak.
Dari
uraian-urain diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tasawuf adalah kehidupan
kerohanian yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara.
B.
SEJARAH
TIMBULNYA TASAWUF DAN PERKEMBANGANNYA
Diskusi dan pembicaraan tentang darimana
asal tasawuf dalam dunia sudah berlangsung sejak lama, dan banyak pendapat yang
bermunculan . Ada yang mengatakan bahwa tasawuf dalam dunia islam adalah barang
baru yang diimport dari luar islam, ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf
adalah semata-mata bersumber dari islam itu sendiri.[8]
Pendapat
pertama mungkin didasarkan pada fakta sejarah bahwa sebelum agama islam ada,
praktek hidup kerohanian ala tasawuf sudah ada dan berkembang pada
penganut-penganut agama terdahulu , seperti Agama Nasrani, Budha, Hindu, dan
lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua didasarkan pada kenyataan bahwa dalam
ajaran islam itu sendiri terdapat unsur-unsur tasawuf.
Memang
tasawuf dalam islam telah ada bersamaan dengan datangnya agama islam itu
sendiri. Hal ini dapat dilihat dari.
1.
Cara
hidup Muhammad SAW sendiri sebagai pembawa ajaran islam, yang senantiasa
memperaktekkan hidup zuhud yang mana zuhud adalah salah satu ajaran/ amalan
terpenting dalam bertasawuf.
2.
Bahwa
dalam AL Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang secara langsung atau tidak
langsung menyuruh manusia bertasawuf. Ayat-ayat al -Quran tersebut antara lain
adalah sebagai berikut : [9]
a.
Surah
Al-Hadid ayat 20 :
.....
Artinya
: Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan dan perhiasan...
b.
Surah
fathir ayat 5 :
Artinys
: Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah
itu adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu
dan sekali-kali janganlah orang yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang
Allah.
c.
Surah
An-nur ayat 35 :
...
Artinya
: Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi....
d.
Surah
Al- Baqarah ayat 186 yang berbunyi :
....
Artinya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, ..[10]
e.
Surah
Al-Baqarah ayat 115 yang berbunyi :
....
Artinya
: Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah....
f.
Surah
Qaaf ayat 16 yang berbunyi :
Artinya
: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
g.
Surah
Al-Anfal ayat 17 yang berbunyi :
....
Artinya
: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang
membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melontar...
Di
samping ayat-ayat Al-Quran di atasa, hadits Nabi sebagai sumber ajaran kedua
dalam islam yang mengisyaratkan supaya manusia bertasawuf seperti hadis-hadis
berikut :
a.
Artinya
: orang-orang yang mengenali dirinya merekalah yang mengenali Tuhannya.
Hadis ini mengandung arti bahwa manusia dengan
Tuhan adalah satu, karena itu untuk mengetahui / mengenal Tuhan orang tak perlu
pergi jauh-jauh .cukup ia masuk kedalam dirinya dan mencoba mengenal/
mengetahui dirinya. Dengan kenal kepada dirinya , ia akan kenal kepada
Tuhannya,
b.
Artinya
: Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi kemudian Aku ingin dikenal
, maka kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku merekapun kenal kepada-Ku.
Hadis ini mengatakan bahwa Tuhan ingin dikenal
dan untuk dikenal itu Tuhan menciptakan makhluk. Ini mengandung arti bahwa
tuhan dengan makhluk itu adalah satu, karena melalui makhluk Tuhan dikenal.[11]
Ajaran-ajaran agama Al-Quran inilah
yang di amalkan oleh Rasul sehingga beliau menjadi seorang Zuhad ( zahid ),
hidup sederhana dengan pakain yang di tambal-tambal, ucapannya sedikit, shalat
di waktu malam hari dalam waktu yang panjang dan tidak makan kecuali yan di
perolehnya. Prilaku zuhud Rasul ini ditiru dan dilanjutkann oleh para sahabat
dalam bentuk yang lebih bervariasi. Demikian seterusnya pada masa
tabi’in-tabi’in, hidup zuhud Rasul ini lebih dikembangkan secara lebih
bervariasi, bahkan dimodifikasi dalam bentuk model baru dan menjadilah tasawuf
dan pelakunya disebut Mutashowwifun.
Akan tetafi perkembangan zuhud Rasul
menjadi bentuk tasawuf., menurut sebagian peneliti tidak terlepas dari pengaruh
dari unsur-unsur luar berupa ajaran agama lain seperti :
1.
Pengaruh
kristen dengan paham menjahui dunia dan hidup mengasingkan diri dalam
biara-biara. Dalam literatur Arab terdapat tulisan-tulisan tentang rahib-rahib
yang mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Lampu yang mereka pasang di
malam hari menjadi petunjuk jalan bagi khalifah yang berlalu. Kemah mereka yang
sederhana menjadi tempat berlindung bagi orang yang kemalaman dan kemurahan
hati mereka menjadi tempat memperoleh makan bagi musafir yang kelaparan.
Dikatakan bahwa zahid dan
sufi islam yang meninggalkan dunia, memilih hidup sederhanadan mengasingkan
diri, adalah atas pengaruh cara hidup rahib-rahib kristen ini.
2.
Falsafat
Mistik Pytagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada
di dunia sebagai orang yang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh.
Kesenangan roh yang sebenarnya ialah di alam samawi, manusia harus membersihkan
dengan meninggalkan hidup materi atau menempuh hidup zuhud , untuk selanjutnya
berkotemplasi . Ajaran pytagoras untuk meninggalkan dunia dan pergi
berkotemplasi , inilah dipandang sebagian orang telah turut mempengaruhi
timbulnya zuhud dan tasawuf dalam islam.
3.
Falsafat
Emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini mecari dari zat Tuhan Yang
Maha Kuasa.Roh berasal dari Tuhan dan aka kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan
masuknya ke alam materi, roh menjadi kotor, sehingga untuk dapat kembai tempat
asalnya, roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Cara membersihkan roh adalah
dengan meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin, atau bersatu
dengan Tuhan itu. Dikatakan bahwa filsafat pilotinus ini turut memberikan
pengaruh terhadap berkembangnya pola hidup sufisme ( tasawuf ) dalam islam.
4.
Ajaran
budha dengan paham Nirwana-nya . seperti diajarkan dalam agama Budha bahwa
seorang yang ingin mencapai nirwana, maka orang tersebut harus meninggalkan
dunia dan memasuki hidup kotemplasi. Menutur sebagian pengamat, paham fana yang
terdapat dalam sufisme islam adalah turut dipengaruhi oleh ajaran tentang
nirwana dalam agama Budha ini.
5.
Ajaran-ajaran
hindu yang juga mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan,
untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahmana. Dalam ajaran Hindu dan Budha,
diyakini bahwa alam ini hanyalah “maya”
( bayangan ) dari zat yang Maha Kuasa yang tidak punya wujud, karena itu
jangan sampai tertipu dengan kehidupan dunia.
Dari
semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf islam adalah
bersumber dari ajaran islam itu sendiri sekalipun ajaran serupa ada dianut oleh
agama-agama sebelumnya. Tetapi dalam perkembangan berikutnya tidak dapat
dipungkiri bahwa tasawuf islam telah
mendapat pengaruh dari unsur-unsur ajaran agama lain.
C.
Fungsi
Tasawuf Secara Umum dan Khusus
[12]Fungsi
tasawuf dalam hidup menjadikan manusia berkepribadian yang shalih dan
berperilaku baik dan mulia, serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tarekat
atau aliran tasawuf diharuskan mengisi kesehariannya untuk hidup sederhana,
jujur, istiqamah dan tawadhu, serta sifat-sifat keshalehan lainnya. Berikut
uraian fungsi tasawuf secara umum dan khusus :
Fungsi umum:
1.
Agar kita
itu mencontohi Rasulullah dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
2.
Menyeimbangkan
lahir dan batin dunia dan akhirat.
3.
Agar hati ini teduh redup biar tidak
gelisah.
4.
Membuat kesadaran sosial menjadi
lebih tinggi.
Fungsi
khusus:
1.
Untuk membersihkan hati kepada
Allah.
2.
Membersihkan jiwa dari pengaruh
keduniaan.
3.
Menerangi
jiwa dari kegelapan.
4.
Memperteguhkan dan menyuburkan
keimanan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Demikianlah penjelasan singkat mengenai tasawuf sebagaimana terpaparkan diatas.
Dan sebagai akhir dari pembahasan bisa di tarik kesimpulan diantaranya:
a. Tasawuf pada
umumnya merupakan usah untuk melaksanakan ajaran agama Islam secara murni
dengan maksud untuk mendekatkan dirai kepada Allah SWT. dengan cara menempuh
kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela hidup dalam
keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan
shalat malam, dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik atau
dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani
menjadi kuat.
b. pembicaraan tentang darimana asal tasawuf dalam dunia sudah
berlangsung sejak lama, dan banyak pendapat yang bermunculan . Ada yang
mengatakan bahwa tasawuf dalam dunia islam adalah barang baru yang diimport
dari luar islam, ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf adalah semata-mata
bersumber dari islam itu sendiri.
Pendapat
pertama mungkin didasarkan pada fakta sejarah bahwa sebelum agama islam ada,
praktek hidup kerohanian ala tasawuf sudah ada dan berkembang pada
penganut-penganut agama terdahulu , seperti Agama Nasrani, Budha, Hindu, dan
lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua didasarkan pada kenyataan bahwa dalam
ajaran islam itu sendiri terdapat unsur-unsur tasawuf.
Memang
tasawuf dalam islam telah ada bersamaan dengan datangnya agama islam itu
sendiri. Hal ini dapat dilihat dari.
3.
Cara
hidup Muhammad SAW sendiri sebagai pembawa ajaran islam, yang senantiasa
memperaktekkan hidup zuhud yang mana zuhud adalah salah satu ajaran/ amalan
terpenting dalam bertasawuf.
4.
Bahwa
dalam AL Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang secara langsung atau tidak
langsung menyuruh manusia bertasawuf. Ayat-ayat al -Quran tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
c.
Fungsi
Tasawuf Secara Umum dan Khusus
Fungsi tasawuf dalam hidup
menjadikan manusia berkepribadian yang shalih dan berperilaku baik dan mulia,
serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang
masuk dalam sebuah tarekat
atau aliran tasawuf diharuskan mengisi kesehariannya untuk hidup sederhana,
jujur, istiqamah dan tawadhu, serta sifat-sifat keshalehan lainnya. Berikut
uraian fungsi tasawuf secara umum dan khusus :
Fungsi umum:
Agar kita
itu mencontohi Rasulullah dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Menyeimbangkan
lahir dan batin dunia dan akhirat.
Agar hati ini teduh redup biar tidak gelisah.
Membuat kesadaran sosial menjadi lebih tinggi.
Fungsi
khusus:
Untuk membersihkan hati kepada Allah.
Membersihkan jiwa dari pengaruh keduniaan.
Menerangi
jiwa dari kegelapan.
Memperteguhkan dan menyuburkan keimanan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi
Islam, Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve, jilid 5, 1993,
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, 1997,Bandung: Pustaka Setia.
Ibrahim Hilal, Al-Thasawwuf al-Islami Bain
ad-Din wa al-Falsafah, terj. Ija Suntana dan E. Kusdian, Tasawuf
Antara Agama dan Filsafat Sebuah Kritik Metodologis,2002(Cet. I; Bandung Pustaka Hidayah, )
IAIN
SU ( PPPTA IAIN SU ),pengantar ilmu tasawuf.
Miswar,dkk,2015.Aklak
Tasawuf Membangun Karakter islam. Medan : Perdana Publising
Ummu Kalsum, Ilmu Tasawuf. 2002 (Cet. II; Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar,)
[2]Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT.
Ictiar Baru Van Hoeve, jilid 5, 1993, h. 74.
[4]A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 207.
[5] Ibrahim Hilal, Al-Thasawwuf al-Islami Bain
ad-Din wa al-Falsafah, terj. Ija Suntana dan E. Kusdian, Tasawuf
Antara Agama dan Filsafat Sebuah Kritik Metodologis, (Cet. I; Bandung Pustaka
Hidayah, 2002), h. 19
[6] IAIN SU (
PPPTA IAIN SU ),pengantar ilmu tasawuf.
[7] PPPTA IAIN SU
( 1981/1982:4)
[8]Miswar,dkk,2015.Aklak
Tasawuf Membangun Karakter islam. Medan : Perdana Publising.h.139
[9] Ibid,hlm.139
[10] Ibid,hlm,140
[11] Ibid,hlm.143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar