Sabtu, 04 Juni 2016

akhlak tasawuf



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

 Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu lainnya dengan pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat terpisah keduanya. Ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin sebagaimana pendapat Syekh al-Manawi dalam kitab Faed al-Qadir dalam menjelaskan hadis Nabi :

‘Ilmu itu dua macam, ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hukum, atas anak cucu Adam. Dari Abi Syaebah dan Hakim dari Hasan dan dikatakan Syekh al-Manawi bahwa ilmu bathin itu keluar dari qalbu dan ilmu dhahir itu keluar dari lidah.          
 Bahwa ilmu bathin yang keluar dari qalbu itu adalah tasawuf, yang dikerjakan dan diamalkan oleh qalbu atau hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut juga ilmu syari’ah.
            Ilmu tersebut tidak dapat terpisah keduanya karena ilmu dhahir diucapkan dan digerakkan oleh tubuh/jasad dan ilmu bathin diamalkan oleh qalbu dan serentak pengamalannya bersamaan keduanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan makin dalam ilmu Tasawuf seseorang itu semakin mendalam pula pengamalan syari’at-nya dan kewarasannya. Seorang Sufi sangat menjaga syari’at-nya dan bathin-nya, bahkan keluar masuk nafasnya dan khatar (kata hatinya) itu, juga dipeliharanya.
            Orang-orang yang memelihara nafasnya yakni keluar masuk atau turun naiknya nafas itu berbarengan dengan disertai dzikir rahasia melalui qalbu-nya, misalnya dzikir Allah ( الله ) misalnya pada saat itu nafasnya keluar/turun, dan dengan dzikir hua ( هو ) pada saat nafasnya masuk/naik, amalan seperti ini adalah amalan-amalan Sufi.
            Selama manusia itu bernafas, maka dzikir bathin tersebut dapat diamalkan baik di waktu duduk, berdiri, maupun berbaring, bahkan dalam kondisi bagaimanapun dzikir bathin itu dapat diamalkan.           
Manusia yang amalannya demikian tidak terpisah dengan Allah, sehingga sulit untuk melupakan Allah, apalagi berpikir berbuat dosa dan melanggar perintah Allah, karena tidak akan dapat berkumpul bersama-sama pada waktu bersamaan pada seseorang dalam qalbu-nya, nafasnya ber-dzikir kepada Allah, sementara jasadnya berbuat dosa. Tetapi yang pasti adalah ber-dzikir qalbu-nya dan diamalkan oleh jasadnya dan masuk sampai dalam sumsum tulang, atau dimensi dalam dan amalan cara itu pula yang disebut Tasawuf.
            Tasawuf sebagai sumsum tulang atau dimensi dalam, dari wahyu ke-Islaman, adalah upaya dalam yang luhur, dimana tauhid tercapai. Semua orang Islam yakin akan kesatuan sebagaimana terungkap di dalam syahadat.           
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Tasawuf adalah salah satu dari ilmu-ilmu ke-Islaman yang begitu menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, pada makalah ini akan diuraikan :
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimasud dengan tasawuf  ?
  1. Bagaiman sejarah timbul dan perkembangan tasawuf ?
3.      Bagaiman fungsi tasawuf secara umum dan khusus?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
      1.  Untuk mengetahui pengertian tasawuf
      2.  Untuk mengetahui sejarah timbul dan perkembangan tasawuf
      3.  Untuk mengetahui bagaiman fungsi tasawuf secara umum dan khusus

   







BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Tasawuf

Sangat sulit menentukan berasal dari kata apa perkataan tasawuf atau sufi itu, karena sangat banyak pendapat yang muncul mengenai hal ini, seperti :
a.       Ada yang berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffatul masjid yang artinya serambi masjid. Pendapat ini dihubungkan dengan kebiasaan orang-orang fakir islam yang tidak mempunyai keluarga dan tempat perlindungan , mereka selalu mengambil tempat diserambi masjid Madinah untuk meningkatkan amal, menyempurnakan bathin dan jiwa. Mereka tidak tergerak ketempat pertanian, perniagaan,dan rasulullah mendorog manusia untuk menolong mereka, memberi makan mereka , dan duduk bersama mereka. ( PPPTA IAIN SU, 1981/1982:1)[1]
b.      Ulama lain berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaf  yang artinya barisan dalam shalat. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan orang-orang sufi yang selalu mengambil tempat di barisan ( shaf) pertama pada setiap shalat berjamaah di masjid.
c.       Sebagian uluma lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf, artinya bulu domba. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan orang sufi pada masa dulu yang selalu memakai kain wool ( terbuat dari bulu domba) sebagai pelambang prinsip kehidupan mereka yang mengutamakan kesederhanaan dan menjauhi kemewahan.
d.      Sebagian lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti kesucian, hal ini dihubungkan dengan kebiasaan dan prinsip hidup sufi yang senantiasa ingin suci, jauh dari segala bentuk yang haram, yang kotor, supaya dapat lebih dekat dengan Sang pencipta.



e.       Ada pula yang mengtakan bahwa kata tasawuf dalam bahasa arab berkaitan erat dengan kata shofis = kebijaksanaan dalam bahasa Yunani . dan umumnya kaum orientalist mendukung pendapat ini dengan mengatakan bahwa ilmu tasawuf dalam dunia islam belum berkembang sebelum dimasuki pengaruh filsafat Yunani. Tetapi pendapat ini ditolak oleh ulama-ulama tasawuf.

 Pengertian Tasawuf Secara Terminology
Ada banyak definisi yang telah dibuat oleh untuk menjelaskan pengertian tasawuf secara terminology. Berikut  beberapa diantaranya: 
a. Menurut Abu Qasim al-Qusyaeri  (376-466), tasawuf ialah penjabaran ajaran Alquran, sunnah, berjuang mengendalikan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah.[2]
b. Menurut Ahmad Amin tasawuf ialah bertekun dalam ibadah, berhubungan langsung dengan Allah SWT., menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah.[3]
            c. Sedangkan tasawuf menurut Zakaria al- Anshari ialah mengajarkan cara untuk mensucikan diri, meningkatkan akhlak, berlaku zuhud terhadap yang diburu oleh orang banyak, dan menghindari dari mahluk dalam berkhalwat untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh hubungan langsung dengannya.[4]




            d. Dan menurut Ibrahim Hilal dalam bukunya ‘Tasawuf Antara Agama dan Filsafat’, bahwa tasawuf pada umumnya bermakna menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan  shalat malam, dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik  atau dimensi jasmani seseorang  menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.[5]
            Apabila melihat beberapa definisi diatas, maka dapat diperoleh ungkapan yang singkat dan padat yang mencakup  dua segi yang keduanya membentuk satu kesatuan yang saling menunjang dalam mendefinisikan tasawuf yang pertama adalah cara dan yang kedua adalah tujuan. Cara, diantaranya melaksanakan berbagai rangkaian peribadatan, latihan-latihan rohani  sepeerti zuhud.  Sedangkan tujuannya ialah mendekatkan diri kepada sang Khalik yang puncaknya ialah penyaksian (masyadah).
            Uraian di atas menunjukan betapa sulitnya menetukan asal kata tasawuf tersebut. Kesulitan ini akan lebih nampak lagi dalam membahas definisi tasawuf itu sendiri. Kesulitan mendefinisikan tasawuf itu disebabkan :
1.      Esensi tasawuf adalah pengalaman bathin diri. Pengalamn bathin adalah sesuatu yang sukar diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
2.      Lain sufi akan berbeda pengalaman bathin dengan sufi-sufi yang lain, karena itu , apabila tasawuf sebagai pengalaman bathin hendak didefinisikan, niscaya akan muncul definisi sejumlah orang yang mencoba mengungkapkan peengalaman bathinnya Tuhan itu.
[6]Oleh karena itu memudahkan menemukan pengertian tentang tasawuf , kiranya cara yang ditempuh oleh ibrahim Basyuni dipandang lebih mudah dipahami. Seperti dikutip oleh Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN SU ( PPPTA IAIN SU ) dalam buku pengantar ilmu tasawuf, Ibrahim Basyuni terlebih dahulu mengkategorikan definisi-definisi taswuf yang banyak itu berdasarkan 3 sudut pandang yaitu :
1.      Pendefinisian Tasawuf dari Sudut Bidayah
Pendefinisian Tasawuf dari Sudut Bidayah maksudnya adalah perasaan manusia dengan fitrahnya bahwa tidak semua yang ada ini dapat menguasai dirinya. Dibalik semua ini ada hakikat agung yang memelihara rohnya, menenangkan jiwanya sehingga berusaha bersungguh-sungguh mendekati Zat Yang Agung itu menyerupai dan berhadapan dengan Nya. Dia merasakan pada waktu itu pemisah antara dia dengan yang di ajak berhadapan ini, kemudian sedikit demi sedikit akan terbuka setiap dia berusaha memasuki Zatnya.
Dan kalau sifat tamaknya semakin berkurang dan jasadnya semakin hilang, maka pada waktu itu anggota badannya akan dipenuhi oleh limpahan nur yang masuk menghidupkan intuisi dan mendorong gerakan tangkas lebih tenang.
Dari sudut fitrah ini, PPPTA IAIN SU ( 1981/1982:4) menggunakan defenisi tasawuf antara lain :[7]
a.       Ma’ruf Al Karkhy mengemukakan bahwa : tasawuf adalah mengambil hakikat dan putus asa dari apa yang ada ditangan makhluk, maka siapa yang tidak benar-benar fakir dia tidak benar-benar bertasawuf.
b.      Abu Turab Al-Nakhsaty mengemukakan bahwa : sufi ialah orang yang tidak mengotori dirinya dengan sesuatu sehingga bersihlah dengannya segala sesuatu.
c.       Sahl bin Abdullah Al-Tustary mengemukakan bahwa : sufi ialah orang yang bersih dari kekeruhan dan penuh dengan fikiran dan terputuslah dia dari manusia dan terpusatlah kepada Allah ,dan menyamakan antara emas dan loyang.
d.      Dzul Al-Nun Al-Mishri : sufi ialah orang yang tidak menyusahkan baginya atas segala permintaan dan tidak menyusahkan bagi diri ketiadaan.
e.       Abu Al-Husein Al-Nury : sufiyah ialah kaum yang bersih dari segalah kekeruhan manusia dan penyakit batin dan mereka bebas dari pengaruh syahwat hingga jadilah mereka pada shaf yang pertama dan derajat yang tinggi beserta kebenaran , tatkala mereka meninggalkan apa yang selain Allah jadilah mereka tidak dimiliki dan memiiki. Abu Husein juga mengatakan bahwa: Tasawuf adalah meninggalakan sejumlah yang menjadi bahagian dirinya agar yang Al-Haq menjadi bagiannya. Dalam ucapan lain juga dia mengatakan, tasawuf adalah membenci dunia  dan mencintai Allah.

2.      Pendefenisian dari segi jahidah ( kesungguhan)
Defenisi tasawuf dari sudut kesungguhan ini telah dimulai dengan pendekatan amaliyah yaitu dengan merendahkan diri dan pengamalan agama dan pengenalan semua fadhila-fadhilahnya. Diantara defenisi tasawuf dari sudut Jahidah ini adalah sebagai berikut :
a.       Abu Muhammad AL-Jari mengaakan : tasawuf adalah memasuki semua akhlak sunni dan keluar dari semua akhlak yang rendah.
b.      Al- Kanany mengatakan : Tasawuf adalah akhlak,maka apabila bertambah atas mu akhlak , maka bertambahlah atas mu kesucian.
c.       Al-Nury mengatakan : tasawuf itu bukanlah lukisan atau ilmu, akan tetafi dia adalah akhlak.
d.      Sahl Bin Abdullah mengatakan : tasawuf adalah sedikit makan dan takut menghadap Allah dan lari dari manusia.
e.       Sam Nun mengatakan : tasawuf adalah bahwa engkau tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu.
f.       Ruaim mengatakan : tasawuf terdiri dari tiga perangai : berpegang kepada kekafiran dan mengharap Allah merendaahkan diri dan mendahulukan orang lain tidak menonjolkan diri dan tidak berusaha.

3.      Pendefenisian dari segi yang dirasakan
Bahwa tasawuf adalah kesadaran fitrah yang dapat mengerahkan jiwa kepada kegiatan –kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan berhubungan dengan wujud Tuhan yang Mutlak.
Dari uraian-urain diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tasawuf adalah kehidupan kerohanian yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara.



B.     SEJARAH TIMBULNYA TASAWUF DAN PERKEMBANGANNYA

   Diskusi dan pembicaraan tentang darimana asal tasawuf dalam dunia sudah berlangsung sejak lama, dan banyak pendapat yang bermunculan . Ada yang mengatakan bahwa tasawuf dalam dunia islam adalah barang baru yang diimport dari luar islam, ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf adalah semata-mata bersumber dari islam itu sendiri.[8]
Pendapat pertama mungkin didasarkan pada fakta sejarah bahwa sebelum agama islam ada, praktek hidup kerohanian ala tasawuf sudah ada dan berkembang pada penganut-penganut agama terdahulu , seperti Agama Nasrani, Budha, Hindu, dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua didasarkan pada kenyataan bahwa dalam ajaran islam itu sendiri terdapat unsur-unsur tasawuf.
Memang tasawuf dalam islam telah ada bersamaan dengan datangnya agama islam itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari.
1.      Cara hidup Muhammad SAW sendiri sebagai pembawa ajaran islam, yang senantiasa memperaktekkan hidup zuhud yang mana zuhud adalah salah satu ajaran/ amalan terpenting dalam bertasawuf.
2.      Bahwa dalam AL Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang secara langsung atau tidak langsung menyuruh manusia bertasawuf. Ayat-ayat al -Quran tersebut antara lain adalah sebagai berikut : [9]
a.       Surah Al-Hadid ayat 20 :
.....
Artinya : Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan dan perhiasan...

b.      Surah fathir ayat 5 :
  
Artinys :  Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah orang yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
c.       Surah An-nur ayat 35 :
...
Artinya : Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi....

d.      Surah Al- Baqarah ayat 186 yang berbunyi :
....
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, ..[10]

e.       Surah Al-Baqarah ayat 115 yang berbunyi :
....
Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah....

f.       Surah Qaaf ayat 16 yang berbunyi :
  
Artinya : Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

g.      Surah Al-Anfal ayat 17 yang berbunyi :
....
Artinya :  Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melontar...

Di samping ayat-ayat Al-Quran di atasa, hadits Nabi sebagai sumber ajaran kedua dalam islam yang mengisyaratkan supaya manusia bertasawuf seperti hadis-hadis berikut :

a.       Artinya : orang-orang yang mengenali dirinya merekalah yang mengenali Tuhannya.
 Hadis ini mengandung arti bahwa manusia dengan Tuhan adalah satu, karena itu untuk mengetahui / mengenal Tuhan orang tak perlu pergi jauh-jauh .cukup ia masuk kedalam dirinya dan mencoba mengenal/ mengetahui dirinya. Dengan kenal kepada dirinya , ia akan kenal kepada Tuhannya,

b.      Artinya : Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi kemudian Aku ingin dikenal , maka kuciptakanlah makhluk dan melalui Aku merekapun kenal kepada-Ku.
 Hadis ini mengatakan bahwa Tuhan ingin dikenal dan untuk dikenal itu Tuhan menciptakan makhluk. Ini mengandung arti bahwa tuhan dengan makhluk itu adalah satu, karena melalui makhluk Tuhan dikenal.[11]

            Ajaran-ajaran agama Al-Quran inilah yang di amalkan oleh Rasul sehingga beliau menjadi seorang Zuhad ( zahid ), hidup sederhana dengan pakain yang di tambal-tambal, ucapannya sedikit, shalat di waktu malam hari dalam waktu yang panjang dan tidak makan kecuali yan di perolehnya. Prilaku zuhud Rasul ini ditiru dan dilanjutkann oleh para sahabat dalam bentuk yang lebih bervariasi. Demikian seterusnya pada masa tabi’in-tabi’in, hidup zuhud Rasul ini lebih dikembangkan secara lebih bervariasi, bahkan dimodifikasi dalam bentuk model baru dan menjadilah tasawuf dan pelakunya disebut Mutashowwifun.
            Akan tetafi perkembangan zuhud Rasul menjadi bentuk tasawuf., menurut sebagian peneliti tidak terlepas dari pengaruh dari unsur-unsur luar berupa ajaran agama lain seperti :
1.      Pengaruh kristen dengan paham menjahui dunia dan hidup mengasingkan diri dalam biara-biara. Dalam literatur Arab terdapat tulisan-tulisan tentang rahib-rahib yang mengasingkan diri di padang pasir Arabia. Lampu yang mereka pasang di malam hari menjadi petunjuk jalan bagi khalifah yang berlalu. Kemah mereka yang sederhana menjadi tempat berlindung bagi orang yang kemalaman dan kemurahan hati mereka menjadi tempat memperoleh makan bagi musafir yang kelaparan.
 Dikatakan bahwa zahid dan sufi islam yang meninggalkan dunia, memilih hidup sederhanadan mengasingkan diri, adalah atas pengaruh cara hidup rahib-rahib kristen ini.
2.      Falsafat Mistik Pytagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang yang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya ialah di alam samawi, manusia harus membersihkan dengan meninggalkan hidup materi atau menempuh hidup zuhud , untuk selanjutnya berkotemplasi . Ajaran pytagoras untuk meninggalkan dunia dan pergi berkotemplasi , inilah dipandang sebagian orang telah turut mempengaruhi timbulnya zuhud dan tasawuf dalam islam.
3.      Falsafat Emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini mecari dari zat Tuhan Yang Maha Kuasa.Roh berasal dari Tuhan dan aka kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke alam materi, roh menjadi kotor, sehingga untuk dapat kembai tempat asalnya, roh harus terlebih dahulu dibersihkan. Cara membersihkan roh adalah dengan meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin, atau bersatu dengan Tuhan itu. Dikatakan bahwa filsafat pilotinus ini turut memberikan pengaruh terhadap berkembangnya pola hidup sufisme ( tasawuf ) dalam islam.
4.      Ajaran budha dengan paham Nirwana-nya . seperti diajarkan dalam agama Budha bahwa seorang yang ingin mencapai nirwana, maka orang tersebut harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kotemplasi. Menutur sebagian pengamat, paham fana yang terdapat dalam sufisme islam adalah turut dipengaruhi oleh ajaran tentang nirwana dalam agama Budha ini.
5.      Ajaran-ajaran hindu yang juga mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan, untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahmana. Dalam ajaran Hindu dan Budha, diyakini bahwa alam ini hanyalah “maya”  ( bayangan ) dari zat yang Maha Kuasa yang tidak punya wujud, karena itu jangan sampai tertipu dengan kehidupan dunia.

Dari semua uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf islam adalah bersumber dari ajaran islam itu sendiri sekalipun ajaran serupa ada dianut oleh agama-agama sebelumnya. Tetapi dalam perkembangan berikutnya tidak dapat dipungkiri bahwa tasawuf  islam telah mendapat pengaruh dari unsur-unsur ajaran agama lain.

C.    Fungsi Tasawuf Secara Umum dan Khusus
[12]Fungsi tasawuf dalam hidup menjadikan manusia berkepribadian yang shalih dan berperilaku baik dan mulia, serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tarekat atau aliran tasawuf diharuskan mengisi kesehariannya untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah dan tawadhu, serta sifat-sifat keshalehan lainnya. Berikut uraian fungsi tasawuf secara umum dan khusus :
Fungsi umum:
1.       Agar kita itu mencontohi Rasulullah dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
2.       Menyeimbangkan lahir dan batin dunia dan akhirat.
3.      Agar hati ini teduh redup biar tidak gelisah.
4.      Membuat kesadaran sosial menjadi lebih tinggi.
Fungsi khusus:
1.      Untuk membersihkan hati kepada Allah.
2.       Membersihkan jiwa dari pengaruh keduniaan.
3.       Menerangi jiwa dari kegelapan.
4.       Memperteguhkan dan menyuburkan keimanan.



BAB III
PENUTUP

  Kesimpulan
            Demikianlah penjelasan singkat mengenai tasawuf sebagaimana terpaparkan diatas. Dan sebagai akhir dari pembahasan bisa di tarik kesimpulan diantaranya:
a.        Tasawuf pada umumnya merupakan usah untuk melaksanakan ajaran agama Islam secara murni dengan maksud untuk mendekatkan dirai kepada Allah SWT. dengan cara menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan dunia, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan  shalat malam, dan melakukan berbagai jenis wirid sampai fisik  atau dimensi jasmani seseorang  menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.
b. pembicaraan tentang darimana asal tasawuf dalam dunia sudah berlangsung sejak lama, dan banyak pendapat yang bermunculan . Ada yang mengatakan bahwa tasawuf dalam dunia islam adalah barang baru yang diimport dari luar islam, ada pula yang mengatakan bahwa tasawuf adalah semata-mata bersumber dari islam itu sendiri.
Pendapat pertama mungkin didasarkan pada fakta sejarah bahwa sebelum agama islam ada, praktek hidup kerohanian ala tasawuf sudah ada dan berkembang pada penganut-penganut agama terdahulu , seperti Agama Nasrani, Budha, Hindu, dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua didasarkan pada kenyataan bahwa dalam ajaran islam itu sendiri terdapat unsur-unsur tasawuf.
Memang tasawuf dalam islam telah ada bersamaan dengan datangnya agama islam itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari.
3.      Cara hidup Muhammad SAW sendiri sebagai pembawa ajaran islam, yang senantiasa memperaktekkan hidup zuhud yang mana zuhud adalah salah satu ajaran/ amalan terpenting dalam bertasawuf.
4.      Bahwa dalam AL Qur’an sendiri banyak ayat-ayat yang secara langsung atau tidak langsung menyuruh manusia bertasawuf. Ayat-ayat al -Quran tersebut antara lain adalah sebagai berikut :


c.       Fungsi Tasawuf Secara Umum dan Khusus
Fungsi tasawuf dalam hidup menjadikan manusia berkepribadian yang shalih dan berperilaku baik dan mulia, serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tarekat atau aliran tasawuf diharuskan mengisi kesehariannya untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah dan tawadhu, serta sifat-sifat keshalehan lainnya. Berikut uraian fungsi tasawuf secara umum dan khusus :
Fungsi umum:
Agar kita itu mencontohi Rasulullah dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Menyeimbangkan lahir dan batin dunia dan akhirat.
Agar hati ini teduh redup biar tidak gelisah.
Membuat kesadaran sosial menjadi lebih tinggi.
Fungsi khusus:
Untuk membersihkan hati kepada Allah.
Membersihkan jiwa dari pengaruh keduniaan.
 Menerangi jiwa dari kegelapan.
Memperteguhkan dan menyuburkan keimanan.












DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve, jilid 5, 1993,
A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, 1997,Bandung: Pustaka Setia.

Ibrahim Hilal, Al-Thasawwuf al-Islami Bain ad-Din wa al-Falsafah, terj. Ija Suntana dan E. Kusdian,  Tasawuf Antara Agama dan Filsafat Sebuah Kritik Metodologis,2002(Cet. I; Bandung Pustaka Hidayah, )

IAIN SU ( PPPTA IAIN SU ),pengantar ilmu tasawuf.

Miswar,dkk,2015.Aklak Tasawuf Membangun Karakter islam. Medan : Perdana Publising

Ummu Kalsum, Ilmu Tasawuf. 2002 (Cet. II; Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar,)
















[1] PPPTA IAIN SU, 1981/1982:1


[2]Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve, jilid 5, 1993, h. 74.
[3]Ibid. h. 75.
[4]A. Mustafa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 207.

[5] Ibrahim Hilal, Al-Thasawwuf al-Islami Bain ad-Din wa al-Falsafah, terj. Ija Suntana dan E. Kusdian,  Tasawuf Antara Agama dan Filsafat Sebuah Kritik Metodologis, (Cet. I; Bandung Pustaka Hidayah,  2002), h. 19


[6] IAIN SU ( PPPTA IAIN SU ),pengantar ilmu tasawuf.

[7] PPPTA IAIN SU ( 1981/1982:4)

[8]Miswar,dkk,2015.Aklak Tasawuf Membangun Karakter islam. Medan : Perdana Publising.h.139

[9] Ibid,hlm.139

[10] Ibid,hlm,140

[11] Ibid,hlm.143

[12] Ummu Kalsum, Ilmu Tasawuf, (Cet. II; Makassar: Yayasan Fatiyah Makassar, 2002), h. 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar