PENGARUH
SINETRON TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
1. Pengertian
Istilah
“kognitif” berasal dari kata cognition yang artinya sama dengan kata “knowing”
yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif
menjadi sangat populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis
manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi
dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan
kehendak dan perasaan yang berkaitan dengan ranah rasa. Jadi, perkembangan kognitif
adalah kemampuan berfikir, memberi pendapat, memahami dengan cara melibatkan
aktiviti mental seperti ingatan, mengategori-kan, merancang, menyelesaikan
masalah, dan berimajinasi. Kemahiran ini penting untuk kelangsungan hidup bagi
individu.
Perkembangan
kognitif sangat mempengaruhi cara anak berfikir dan bertingkah laku
sehari-hari, salah satunya yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu
media masa berbentuk acara televisi seperti tayangan sinetron. Tayangan
sinetron dapat mem-pengaruhi perkembangan kognitif anak dikarenakan tayangan
tersebut menampilkan hal-hal yang kebanyakan negatif.
2. Pengaruh
Sinetron pada Kognitif Anak
Pengaruh
sinetron terhadap perkembangan kognitif anak ini dikarenakan beberapa hal
yaitu, mengandung unsur–unsur vulgarisme, kekerasan, dan pornografi dalam
peranannya. Ketiga unsur tersebut hampir menjadi sajian rutin di sejumlah
stasiun televisi serta dengan ditonton secara bebas oleh kalangan anak-anak.
Padahal ketiga unsur tersebut mestinya dicegah agar tidak dipertontonkan untuk
anak-anak mengingat kondisi psikologis mereka yang belum mampu membedakan mana
hal-hal positif dan hal-hal negatif dari tayangan televisi.
Sinetron
tersebut dapat mempengaruhi pemikiran, dan persepsi anak. Anak yang terpengaruh
oleh sinetron menjadikan anak tersebut berfikir atau berpandang hidup layaknya
di sinetron. Pemikiran inilah yang membuat anak akan merasakan apa yang ada
disekitarnya harus sama dengan sinetron tersebut atau tingkah laku yang
dilakukan oleh anak tersebut sama dengan apa yang dilihatnya. Mereka akan
cenderung meniru apa yang mereka lihat di tayangan televisi atau sering
dikatakan para psikolog ‘what they see is what they do’ (apa yang mereka
lihat adalah apa yang mereka kerjakan).
Di sisi
lain, mereka mempercayai bahwa apa yang di dalam sinetron itu dapat terjadi
dalam lingkungan sosial. Sedangkan apa yang disuguhkan oleh sinetron merupakan
fiktif belaka, namun banyak sekali anak sering menirukan gaya hidup dalam
sinetron dan itu membuat anak akan lebih cepat perkembangan mentalnya di
usia yang belum matang.
3. Dampak
Sinetron bagi Anak.
Dampak
sinetron yang terjadi pada anak, sebagai berikut:
- pada usia 0-3 tahun akan
mengganggu perkembangan otak yang berdampak pada perkembangan bicara,
kemampuan membaca verbal, maupun pemahaman,
- pada usia 5-10 tahun akan
menghambat kemampuan dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan,
meningkatkan agresifitas dan kekerasan serta tdk mampu membedakan antara
realitas dan khayalan,
- membuat anak menjadi konsumtif,
- karena anak belum
mempunyai daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa
yang ditampilkan di sinetron,
- anak akan berpikir bahwa semua
orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang yang
di drama sinetron. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat
terbawa hingga mereka dewasa,
- bahasa yang digunakan
dalam drama sintron terlalu simpel, memikat, banyak kata-kata yang
disingkat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi
malas belajar,
- terlalu sering nonton drama
sinetron dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola
fikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan
mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, dan perkembangan kognitifnya.
Dengan
banyaknya dampak negatif dari sinetron terhadap anak-anak secara sosiologis
dapat ditinjau dengan teori perubahan sosial yang berdampak negatif, yaitu
memudarnya norma-norma dan nilai-nilai pada anak, sehingga, mereka tidak bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
Menurut
Soekamto (1995) perubahan sosial (social change) adalah “Perubahan pada
lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap,
dan pola perilaku individu serta kelompoknya”. Maka perubahan perilaku
anak-anak setelah menonton televisi pun dapat mempengaruhi secara lembaga yaitu
keluarga. Dalam keluarga setiap orang terikat dalam jaringan kewajiban dan hak
yang disebut hubungan peran atau role relation (William J. Goode 2007: 1)
sehingga dampak negatif televisi akan menggangu hubungan peran anak dengan
orang tua karena ada nilai kesopanan yang berubah.
4. Cara
Orangtua dalam Mengatasi Dampak dari Sinetron.
Dari
begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh drama sinetron, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
- pilih acara yang sesuai dengan
usia anak.
Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya,
walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa
apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal
lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
- Dampingi anak menonton ketika
menonton sinetron.
Tujuannya adalah agar sinetron yang mereka tonton selalu terkontrol dan
orangtua bisa memperhatikan apakah sinetron tersebut masih layak atau
tidak untuk di tonton olehnya.
- Letakan TV di ruang tengah,
hindari menyediakan TV di kamar anak.
Dengan menyimpan TV di ruang tengah, akan mempermudah orangtua dalam
mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak
orang tua inginkan, karena kecenderungan rasa ingin tahu anak sangat
tinggi.
- Tanyakan acara favorit mereka
dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan
setelah menonton, dan ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut
secara bijaksana dan positif.
- Ajak anak keluar rumah untuk
menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang
lain. Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya,
siraturahim tempat sanak keluarga dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa
sosialnya.
- Perbanyak membaca buku, dan
letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, seringlah ajak anak ke
toko dan perpustakaan
- Perbanyak mendengarkan radio,
memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton sinetron.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendengarkan radio,
anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita banding-kan dengan
menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tanpa
menganalisis lebih lanjut dari apa yang dia lihat dan dengar. Begitu juga
dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan
menonton televisi karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak.
Jadi,
pentingnya pengawasanorang tua terhadap anak saat menonton televisi adalah
untuk membantu anak dalam masa perkembangan kognitif anak sehingga
pekembangan-nya dapat tercapai secara optimal. Perlunya dukungan untuk belajar
anak sangat diperlu-kan untuk perkembangan otak anak di masa anak-anak.