Sabtu, 04 Juni 2016

makalah tafsir ayat-ayat tentang akhlak



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu akhlak yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW adalah bagaimana kita bertingkah laku dan bergaul dengan sesama manusia agar terjadi hubungan yang harmonis dan saling menghargai sesamanya. Hubungan yang baik terhadap sesama manusia ini antara lain dapat kita lakukan terhadap orang tua kita, teman kita, tetangga kita baik ia muslim maupun non muslim. Oleh karena itu islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek manusia.
Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitnah, kedamaian, akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna. Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.  
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian akhlak ?
2.      Apa saja pembagian akhlak ?
3.      Apakah ada ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang akhlak ?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak.
2.      Untuk mengetahui apa saja pembagian akhlak.
3.      Untuk mengetahui apakah ada ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang akhlak.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” ( خلوق ) secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. timbang”. Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak adalah berarti watak. Sedangkan menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabi’at, keberanian, dan agama[1]
Kemudian, dalam Bashaa-ir Dzawi Al Tamyiz fi Lathaa- if Al Kitab Al Aziz Baashiroh fi Akhlak adalah pikiran yang lurus. Kata al-khuluqu digunakan pula dalam menciptakan sesuatu yang tanpa perrmulaan dan tanpa meniru.
Pada dasarnya al khulqu dan al kholqu sama hanya saja al kholqu itu khusus tertuju pada tingkah – tingkah atau keadaan dan bentuk – bentuk yang bisa dilihat dengan mata, sedangkan khulqu khusus pada kekuatan dan tabi’at yang ditembus dengan hati. Ibnu Abbas r.a berkata “maksudnya benar – benar beragama yang agung, agama yang paling kucinta dan tak ada agama yang Aku ridhoi selain sagama itu adalah islam” kemudian, Alhasan berkata, “maksudnya etika Al-Qur’an” kemudian Qotadah berkata “maksudnya sesuatu yang diperintahkan Allah dan yang dilarang-Nya”. Adapun maknanya adalah “sesungguhnya kamu benar – benar berakhlak yang telah dipilih Allah untukmu dalam Al – Qur’an.
Dalam Ash-Shohihainai dikatakan, bahwa Hisyam bin Hakim berrtanya kepada ‘Aisyah tentang akhlak Rosulullah, kemudian ‘Aisyah menjawab, “akhlak beliau adalah akhlak Al-Qur’an”.  jika dilihat dari berbagai uraian diatas dapat diambil kesimpulan akhlak menurut bahasa adalah Tabi’at atau tingkah laku, dan akhlak yang baik adalah tingkah laku yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Sedangkan akhlak meurut istilah adalah seperti yang di kemukakan oleh Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan


Sedangkan menurut syekh Muhammad Nawawi Al Jawiyydalam kitabnya “Murooqiyul ‘Ubudiyah” Akhlak adalah  kedaan didalam jiwa yang mendorong prilaku yang tidak terpikir dan tidak ditimbang”.[2] Dalam buku lain dijelaskan bahwasanya akhlak menurut terminologi akhlak adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama:” Gambaran batin seseorang “. Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran :
1.      Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah tubuh. Dan gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa saja.
  1. Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar darinya perbuatan- perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan) tanpa berfikir atau kerja otak.
B.     Pembagian Akhlak
Ada 2 pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1.      Akhlak Mahmuda
Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik. Contohnya: pemaaf, sabar, ikhlas, menepati janji, qonaah, jujur, penyayang, pemurah, baik hati, husnudzon dan lain sebagainya. Dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain.
Karena setiap akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Qur’an ataupun Hadits nabi.
Dari Imam Malik berkata “setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam ialah malu”. Malu merupakan dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah SWT maka akan takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan keji.
2.      Akhlak  Mazmumah
Yakni akhlak yang tidak baik atau akhlak yang tecela.contohnya sebagai berikut :
a.       Riya’ yakni  beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang atau mendapat pujian orang, dengan kata lain riya’ sama artinya dengan pamer.
b.      Sum’ah yakni melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan maksud agar namanya dikenal3[3].
c.       Ujub yakni mengagumi diri sendiri
d.      Takabur yakni membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan orang lain.
e.       Tamak yakni serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki.
f.       Malas yakni enggan melakukan sesuatu.
g.      Fitnah yakni mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa yang sangat dilarang oleh agama karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
h.      Bakhil yakni pelit, medit dan tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada orang lain dan lain sebagainya.
C.    Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an yang Membicarakan Tentang Akhlak
1.      Surah Al-Qalam Ayat 4 :
    
  Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
a.      Arti Kata Mufradat :
    : Dan sesungguhnya                   : Berbudi pekerti
                        :  Benar-benar                          : Yang agung.
b.      Makna Ijmali :
Makna Ijmali Ayat 4 :
Dalam ayat 4 Allah swt telah menjadikan engkau ( Muhammad ) mempunyai rasa malu, mulia hati, pemberani, pemaaf, penyabar, dan segala akhlak yang mulia.[4]

c.       Asbabun Nuzul
 . Surah Al-Qalam Ayat 4 :
 Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa akhlak rasulullah SAW, tidak ada yang melebihinya. Apabila seseorang memanggilnya, baik ia sahabat, sekeluarga atau isi rumahnya, beliau selalu menjawab: “labbaik”. Ayat ini ( S. 68 : 4 ) turun sebagai penegasan bahwa rasulullah berakhlaq yang terpuji. Diriwayatkan oleh abu Na’im di dalam kitab ad-Dala-il dan al-Wahidi dengan sanad yang bersumber dari aisyah.[5]
d.      Tafsir Surah Al-Qalam Ayat 4 :
    
 Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
            Inilah satu pujian yang paling tinggi yang diberikan Allah kepada Rasulnya, yang jarang diberikan Allah kepada Rasul yang lain5[6].
Khuluqin azhim : Budipekerti yang sangat agung jarang taranya!
Budipekerti adalah sikap hidup,atau karakter,atau perangai. Dibawa oleh latihan atau kesanggupan mengendalikan diri. Mula-mulanya latihan dari sebab sadar akan yang baik adalah baik dan yang buruk adalah buruk. Lalu dibiasakan berbuat yang baik itu. Kemudian menjadilah dia adat kebiasaan, tidak mau lagi mengerjakan yang buruk, melainkan selalu mngerjakan yang baik dan yang lebih baik.
Dikatakan orang bahwasanya budipekerti itu adalah gabungan dua sikap. Yaitu sikap tubuh dan sikap batin. Dalam bahasa kuno disebut tidak tercerai di antara budi dengan pekerti. Budi dalam batin, pekerti dalam sikap hidup. Sehingga apa yang diperbuat tidak ada yang menyinggung undang – undang budi yang halus. Sekali waktu budi itu tidak terpisah dari bahasa. Sebab itu dikatakan budi bahasa. Di sini budi jadi isi jiwa, atau makna yang terkandung dalam hati, lalu diucapkan dengan bahasa yang terpilih. Dari sinilah sebabnya maka Ilmu Sastera yang halus, baik puisi (nazam) atau prosa (natsar) disebut orang Ilmu Adab, menjadi sebagian dari budi juga.


Keteguhan sikap Nabi Muhammad s.a.w., tenang dan tenteram serta kesabaran ketika orang menuduhnya seorang gila, yang dia tidak marah dan tidak kehilangan akal, itu pun termasuk budi yang sangat agung. Keberhasilan Nabi s.a.w., dalam melakukan da’wah ialah karena kesanggupannya menahan hati menerima celaan-celaaan dan makian yang tidak semena-mena dari orang yang bodoh.
Suatu contoh tentang kesabaran dan ketabahan hati melakukan da’wah ialah sebuah Hadis :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَأَنِّيْ أَنْظُرُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَحْكِيْ نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَا مُهُ عَلَيْهِمْ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَهُوَ يَقُوْلُ : الَّلهُمَّ اغْفِرْلِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ (متفق عليه).
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata : “Seakan – akan aku lihat kepada Raslullah s.a.w., seketika beliau menceritakan Nabi dari Nabi – nabi yang banyak itu, dia pukul oleh kaumnya sampai berdarah – darah, disapunya darah yang mengalir di wajahnya itu lalu dia berdoa : “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak tahu.”         (Riwayat Bukhari Muslim).
Di dalam hadist ini,ucapan Abdullah bin mas’ud kita bertemu dua kali budi yang agung.pertama bagaimana rasulullah s.a.w. mencaritakan seseorang diantara nabi-nabi Allah kena cobaan dilempari batu,namun dia tidak marah,disapu darah yang mengalir pada wajahnya dan didoakannya orang yang melemparinya itu,agar mereka diberi petunjuk oleh Allah,sebab mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui siapa sebenarnya yang mereka lempar kejadian itu adalah pada diri beliau sendiri,tetapi karena kerendahan hatinya,tidaklah beliau tonjolkan dirinya,melainkan dikatakannya saja salah seorang diantara nabi Allah.
Dua budi kita ditemui disini.pertama memberi maaf dan mendoakan orang yang berbuat  jahat kepadanya supaya dia diberi ampun oleh tuhan.kedua ketika dia mamberi pengajaran kepada sahabat-sahabatnya tidaklah dirinya ditonjolkan, melainkan dikatakannya saja ada seorang nabi diantara Nabi-nabi yang banyak itu yang berbudi demikian tinggi,patut ditiru.
Ada beberapa hadist ada yang dirawikan oleh muslim,ada yang dirawikan oleh al-imam Ahmad bin Hanbal dan ada yang dirawikan oleh an-nasa’i bahwa sahabat-sahabat Rasulullah bertanya kepada ummul mu’minin Aisyah tentang Akhlak Nabi.beliau menjawab:”selalu.” Maka ibu aisyah menjawab:”Akhlak Nabi ialah al-qur’an.”
Aisyah pun pernah menceritakan tantang kelapangan dada beliau.bahwa pada suatu hari aisyah menyuruh pembantunnya menghantarkan makanan beliau.Dan dia berpesan,kalau hafsah binti umar mengirim makanan pula terlebih dahulu,tarik pulang kembali makanan kita.tiba dihadapan rasulullah kenyataannya bahwa Hafsah telah terlabih dahulu membawakan makanannya.tetapi karena gugupnya makan itu tertumpah dihadapan nabi sehingga pecah dan berserak-serak atau tumpah isinya.dengan tidak berobah wajah sedikit juga beliau suruh saja pembantu itu memungutnya kembali baik-baik.
Selalu Aisyah menyatakan bahwa Akhlak nabi adalah al-qur’an.apa yang tertulis dalam al-qur’an itulah yang dijalankannya.kadang-kadang belum lagi diturunkan dalam al-qur’an sebagai wahyu,beliau telah berperangai demikian.Misalnya tentang menahan marah dan memberi maaf  kepada manusia,seperti yang beliau lakukan seketika beliau dilempari batu di Thaif sampai mengalir darah dimukannya dan betisnnya pun berdarah,namun beliau masih tetap mendoakan agar orang-orang itu diberi petunjuk oleh Allah. Hal itu terjadi sebelum beliau pindah ke Madinah,ketika beliau melakukan da’wah ke Thaif sedang ayat al-qur’an yang menerangkan akhlak mulia.[7]
Berkata ibnu katsir dalam tafsirnnya:”Maknannya ialah bahwa Nabi s.a.w. melaksanakan al-qur’an,baik perintahnnya ataupun larangannya telah menjadi sikap hidup dan akhlak yang telah melekat,sehingga tabiat yang asli terliput olehnya,apa yang diperintahkan al-qur’an itulah kerjannya,apa yang dilarang al-qur’an itulah yang ditinggalkannya.berani,pemaaf dan menahan hati,pendeknnya segala budi yang mulia dan indah.
Dan sebuah hadist lagi,diterima oleh Hisyam bin Urwah bin Zuber juga dari Aisyah,Aisyah berkata:”Tidak seorang pun yang sebaik Rasulullah budinya;walaupun yang memanggilnnya keluargannya sendiri ataupun sahabat-sahabatnnya, namun beliau selalu menjawab:”Labbaik.”
Perkataan beliau yang terkenal ialah yang dirawikan oleh Imam ahmad bin Hambal,at-Thabarani dan perawi yang lain dari Abu Hurairah:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلَاقِ
“Aku diutus,tidak lain,hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.”
Ketika ada orang bertanya kepada Rasulullah s.a.w.:”Apakah yang sangat utama pada imam itu? Rasulullah s.a.w. menjawab :
حُسْنُ الخُلُق
  “Budi pekerti yang baik.”
Banyaklah lagi sabda Rasulullah Saw menyebut bahwa budipekerti yang tinggi,yang mulia,itulah dia pasak agama,itulah dia puncaknya.maka oleh karna budi Nabi s.a.w. yang sangat agung dan mulia itu tuntunan beliau kepada ummatnya lekaslah menjadi contoh teladan orang,sehingga dikumpulkan orang hadist-hadist tentang sunnah beliau,baik perkataan,perbuatan atau perbuatan orang lain yang tidak beliau salahkan.itulah:aqwal,af’al dan taqrir.itulah yang dinamai sunnah.

2.       Surah Al-Ahzab Ayat 21 :
    
Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

a.      Arti Kata Mufradat :
                :  Sesungguhnya              : yang baik
       : Rasulullah                      :  hari kiamat
                          : Suri teladan                   : menyebut Allah
b.      Makna Ijmali [8] :
Dalam ayat ini Sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah dihadapan kalian, seandainya kalian menghendakinya, yaitu hendaknya kalian mencontoh Rasulullah Saw.
Di dalam amal perbuatannya dan hendaknya kalian berjalan sesuai dengan petunjuknya seandainya kalian benar-benar menghendaki pahala dari Allah serta takut akan azabnya di hari semua serta orang memikirkn dirinya sendiri dan pelindung serta penolong tiadakan
c.       Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 21 :
  
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
[9]Ayat mulia ini merupakan dasar pijakan yang paling kuat dan agung, yang menjadi dalil bagi kita untuk Meneladani rasulullsh, baik dalam ucapan, pembuatan atau pun sepak terjang kesehariannya. Oleh sebab itu, allah memerintahkan kepada manusia untuk meneladani nabi pada saat menghadapi tentara sekutu, kita harus mencontoh kesabaran, ketabahan,kegigihan, kesungguh-sungguhan dan kepasrahan beliau dalam menanti kemenangan yang dijanjikan oleh allah, semoga shalawat dan rahmat allah selama-lamanya tercurah kepada beliau sampai hari kiamat.
Terhadap para pengecut, penakut, mudah mengalami guncangan, dan berjiwa kerdil saat menghadapi pasukan sekutu, allah berfirman”
. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ....”
Maksudnya contohlah Rasulullah dan teladanilah sikapnya dan tabi’atnya (yang sempurna itu). Allah ta’ala melanjutkan firman’nya;
    
“ (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Namun didalam saat-saat yang mendebarkan hati itu, Contoh teladan yang patut ditiru, tidak ada lain, melainkan rasulullah sendiri [10]
Tepat sekali apa yang dikatakan oleh ayat 21 ini: Sesungguhnya adalah bagi kamu pada rasulullah itu tauladan yang baik. “
Memang ada orang yang bergoncang fikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafik, tidak berani bertanggungjawab, bersedia-sedia hendak lari jadi Badwi kembali ke dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh betapa besar jumlahmusuh yang akan menyerbu, Tetapi masih ada lagi orang-orang yang mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus harapan, tidak kehilangan akal, sebab mereka melihat sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri, Rasulullah SAW
Mulai saja beliau menerima berita tentang musuh-musuh yang besar bilangannya itu, beliau terus bersiap mencari akal buat bertahan mati-matian, jangan sampai musuh sebanyak itu menyerbu ke dalam kota, karena jika maksud mereka menyerbu madinah berhasil, hancurlah islam dalam kandangnya sendiri, dia dengar nasihat bdari salman al-Farisi agar di tempat yang musuh bias menerobos dibuat khandaq, atau parit pertahanan, nasihat Salman itu segar beliau laksanakan. Beliau sendiri yang memimpin menggalih parit bresama-sama dengan sahabat-sahabat yang banyak itu.
Untuk menimbulkan kegembiraan bekerja siang dan malam menggali tanah, menghancurkan batu-batu yang membelintang, beliau turut memikul tanah galian dengan bahunya yang semampai. Ketika tiba giliran perlu memikul dengan galian dengan bahunya yang semampai. Ketika tiba giliran perlu memikul, sehingga tanah-tanah dan pasir telah mengalir bersama keringat beliau diatas rambut beliau yang tebal. Semuanya itu dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya dangan gembira dan bersemangat, sebab beliau sendiri kelihatan gembira dan bersemangat. Sehingga bekerja, bergotongroyong , menggalih tanah, menyekap pasir memukul batu, sambil bernyanyi gembira, dengan syair-syair gembira gubahan Abdullah bin Rawahah, dengan bahar rajaz yang mudah dinyanyikan.
“ Demi Allah, kalau bukan kehendak allah, tidaklah kami dapat petunjuk; tidaklah kami berzakat, tidaklah kami sembahyang. Maka turunkanlah ketentraman hati kepada kami, dan teguhkanlah kaki kami jika kami bertemu musuh, sesungguhnya mereka itu telah kejam kepada kami, kiranya mereka mau berbuat rebut, kami tak mau. “
Syair-syair dalam timbangan bahar rajaz ini mudah dilakukan bersama-sama dengan gembira. Maka sambil mengangkat tanah, memukul batu, memecah batu besar dengan inggris, mereka nyanyikan bahan rajaz gubahan Abdullah bin rawahah itu bersama-sama. Sama keadaannya dengan kerja gotongroyong “rambe te rata, ho ho”, atau seperti yang saya dengar dikampung saya waktu saya masih kecil jika orang menarik tongkat dari hutan bersama-sama bergotong-royong.
Tetapi rajaz gubahan Abdullah bin rawahah, penyair muda dari madinah ini, yang kemudian mencapai syahidnya dalam peperangan Mu’tah bersama ja’far bin Abu thalib, zaid bin haritsah adalah berisi rasa iman yang mendalam, maka tiap-tiap tiba nyanyian di ujung syair, yaitu Shallainaa pada bahar pertama dan laaqaina dan abainaa pada bahar kedua dan ketiga, rasulullah  pun turut mengangkat suara beliau dengan gembira, sehingga semua pun senang, lupa bagaimana beratnya pekerjaan dan bagaimana besarnya musuh yang dihadapi.
Maka janganlah kita samakan Rasulullah SAW. Yang  memimpin penggalihan parit khandak itu dengan beliau-beliau orang-orang besar di zaman kini ketika meletakkan di batu pertama hendak mendirikan gedung baru, atau menggunting pita ketika sebuah kantor akan dibuka, atau sembahyang kemasjid dengan upacara. Ini betul-betul memimpin.
Setelah dikaji peperangan khandaq ini secara ilmiah, sebagai yang dilakukan oleh jendral pensiun Abdullah syits khathab di Iraq, memang amat besar bahan yang mengancam dalam peperangan khandaq itu. Hari di musim dingin, persediaan makanan di madinah berkurang-kurang kalau terbayang saja agak sedikit rasa kecemasan di wajah beliau, pastilah semangat para pejuang akan meluntur. Namun beliau bersikap seakan-akan bahaya itu kecil saja dan dapat diatasi dengan kegembiraan dan kesungguhan bekerja.
Disiplin keras tetapi pewnuh kasih sayang, meneladan sifat allah, azis yang di sertai Bijaksana. Ketangguhan sikap rasulullah SAW itupun adalah salah satub sebab yang utama maka kemenangan bias di capai
Lanjutan ayat ialah” bagi barang siapa yang mengharapkan alah dan hari kemudian, “yaitu di pangkal ayat dikatakan bahwa pada diri rasulullah itu sendiri ada hal yang akan dapat di jadikan contoh teladan bagi kamu, yaitu bagi kamu yang beriman, semata-mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman mesti disertai harapan, yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri, inti iman ialah harapan akan ridha allah dan harapan akan ridha allah dan harapan akan kebahagiaan di akhirat, kalau tidak ingat akan yang dua itu,
atau hidup kita tidak mempunyai harapan akan kebahagiaan di akhirat iman tidah ada artinya, maka untuk memelihara iman  dan harapan hendaklah banyak mengingat allah, sebab itu maka di ujung ayat mengatakan “ Dan yangb banyak ingat kepada allah “
Ini di peringatkan di akhir ayat. Sebab barang yang mudah mengatakan mengikut teladan Rasul dan barang yang muidah mengatakan beriman, tetapi adalah meminta latihan batin yang dalam sekali untuk dalam menjalankannya seumpama orang yang mengambil alasan menuruti sunnah rasul yang membolehnkan orang beristri lebih dari satu sampai berempat, tetapi jarang orang yang mengikuti ujung ayat yaitu meneladani rasul didalam berlaku adil  kepada istri-istri. Atau umumnya orang yang mengakui umat Muhammad tetapi tidak mau mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW.
Maka bertambah besar harapan kita kepada allah dan keyakinan kita akan hari kemudian dan bertambah banyak kita mengingat dan menyebut allah bertambah ringanlah bagi kita meneladani Rasul Saw.
3.      Surah Al-Isra’ Ayat 23-24
    
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia
  
Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
a.      Arti Kata Mufradat :
      : Rabb-mu                       : Berbuat baik
   : Memerintahkan                 : Perkataan
       : Perkataan “ah”          : Yang mulia  
b.      Tafsir Surah Al-Isra’ Ayat 23-24[11] :
    
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia
  
Artinya :  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Pada surah al-isra’ ayat 23-24 ini Allah Swt memerintahkan ( kepada hamba-hamba-Nya ) untuk menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, kata qada dalam ayat ini mengandung makna perintah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya “Waqada” bahwa yang dimaksud ialah memerintahkan
Selanjutnya disebutkan perintah berbakti kepada kedua orang tua, untuk itu Allah Swt berfirman :
...
   Artinya :  Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu ( Qs: Al-isra’ : 23 )
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepadamu untuk berbuat baik kepada ibu bapakmu. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya :


   
Artinya : Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. ( Luqman : 14 )
Adapun firman Allah Swt. :
.               jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" ( Al-Isra’: 23 )
Artinya janganlah kamu mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga kata ‘ah’ pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak diperbolehkan.
                                                                                                                              ...
Dan janganlah kamu membentak mereka  ( Al-Isra’: 23 )
Maksudnya, jangan lah kamu menolakkan kedua tanganmu terhadap keduanya .
Setelah melarang mengeluarkan perkataan dan perbuatan buruk terhadap kedua orang tua, Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan bertutur sapa yang baik kepada keduanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman
                                                                                                       
Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia   ( Al-Isra’: 23 )
Yaitu bertutur sapa yang baik dan lemah lembutlah kepada keduanya, serta berlaku sopan santunlah kepada keduanya dengan perasaan penuh homat dan memulikannya.
..
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
Yakni berendah dirilah kamu dalam menghadapi keduanya.

  
Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".( Al-Isra’: 24 )

Maksudnya, berendah dirilah kepada keduanya disaat keduanya telah berusia lanjut dan doakannlah keduanya dengan doa ini bilamana keduanya telah meninggal dunia.

4.      Surah An-Nisa Ayat 58 :
    
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
a.       Arti Kata Mufradat :
                   :  Sesungguhnya                            : Meyampaikan
                   :  Allah                                : Amanat
             : Menyuruh kamu                      : Manusia


b.      Makna Ijmali
Dalam ayat terdahulu Allah Ta’ala menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Yang paling menonjol di antar amal-amal itu ialah menyampaikan amanat dan menetapkan perkara di antara manusia dengan cara yang adil. Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kedua amal itu.[12]
c.       Asbabun Nuzul [13]
 . Surah An-Nisa Ayat 58 :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Fathu Makkah (pembebasan Mekah) Rasulullah Saw.
Memanggil Utsman bin Thalhah untuk menerima kunci Ka’bah. Ketika Utsman datang menghadap Nabi untuk menyerahkan kunci itu, berdirilahh Abbas dan berkata: “Ya Rasulullah demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku untuk saya rangkap jabatan tersebut denagn jabatan siqayah (urusan pengairan). Utsman menarik kembali tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah: “Berikanlah kunci itu kepadaku wahai Utsman!” Utsman berkata: “Inilahh dia, amanat dari Allah”. Maka berdirilah Rasullah membuka Ka’bah dan terus keluar untuk thawaf di Baitullah. Turunlah Zibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada Utsman.
Rasullah melaksanakan perintah itu sambil membaca Ayat tersebut diatas (S. 4/58). (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumbber dari Ibnu Abbas).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunya ayat ini (S. 4/58) berkenaan dengan Utsman bin Thalhah. Ketika itu Rasullah Saw. Mengambil kunci Ka’bah dari padanya pada waktu Fathu Makkah. Dengan kunci itu Rasullah masuk Ka’bah. Diwaktu keluar dari ka’bah beliau membaca ayat ini (S. 4/58). Kemudian beliau memanggil Utsman untuk menyerahkan kembali kunci itu. Menurut Umar bin Khattab kenytaan ayat ini (S. 4/58) turun didalam Ka’bah, karena pada waktu itu Rasullah keluar dari Ka’bah, membawa ayat itu, dan Ia bersumpah bahwa sebelumnya belum pernah mendengar ayat itu. (Diriwayatkan oleh Syu’bah didalam Tafsirnya dari Hajaj yang bersumber dari Ibnu Juraij.
d.      Tafsir Surah An-Nisa Ayat 58 :
    
Artinya :.Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.
[14]Di dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan bahwa Dia memerintahkan untuk menunaikan amanat kepada ahlinya (kepada yang berhak). Didalam Hadis al-Hasan dari Sumurah, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
أد الأ ما نة إلى من ائتمنك ولا تخن من خا نك
Tunaikanlah amanah kepada yang memberikan amanah dan jangan khianati orang yang berkhianat kepadamu.” Hadits riwayat Ahmad dan para penulis Kitab Sunnah.
Hal ini mencangkup seluruh amanah yang wajib bagi manusia, berupa hak-hak Allah terhadap para hamba-Nya, seperti Shalat, Zakat, Puasa, Kafarat, Nadzar dan yang semisalnya. Semuanya amanah yang diberikan tanpa pengawasan hamba yang lainnnya. Demikian juga hak-hak sebagian hamba atas sebagaian lainnya, seperti titipan dan yang semisalnya, yang seluruhnya merupakan amanah yang dipercayakan dari sebagian mereka kepada sebagaian yang lain tanpa disertai bukti-bukti atas hal itu.
Maka Allah SWT. Memerintahkan agar menunaikannya. Barang siapa yang tidak melakukannya di dunia ini, maka akan dimintai pertangggungjawabannya pada hari kiamat, sebagaimana disebutkan didalam hadits shahih bahwasanya Rasullah Saw bersabda :
لتؤ د ن الحقوق إلى أهلها حتى يقتص للشا ة الجماء من القرناء.
Sungguh, hak-hak itu benar-benar akan ditunaikan kepada ahlinya, hinggah seekor kambing yang tidak bertanduk pun akan menuntut qishash (pembalasan) terhadap kambing yang bertanduk.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Juraij r.a, ia berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan ‘Utsman bin Thalhah di saat Rasulullah Saw mengambil kunci Ka’bah darinya. Beliau lalu masuk ke dalam Baitullah pada Fathu Makkah. Disaat beliau keluar, beliau membaca ayat ini,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
“sesunggahnya Allah memerintahkan kamu untuk menunaikan amanat kepada ahlinya,”. Beliaupun lalu memanggil Utsman dan menyerahkan kembali kunci tersebut.
Ibnu Juraij berkata (melanjutkan kisahnya); “Pada saat Rasulullah Saw keluat dari Ka’bah sambil membaca ayat diatas, Umar bin al-Khattab berkata: “Ayah dan ibuku menjadi tebusannya, aku belum pernah mendengar membacanya sebelum itu.
Yang mashur dalam hal ini, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Namun baik hal itu benar atau tidak, yang jelas, hukumnya tetap berlaku umum. Karena itulah, Ibnu Abbas dan Muhammad bin al-Hanafiyah berkata: “Ini berlaku terhadap orang yang baik maupun yang zhalim. Yakni perintah setiap orang.”
Perintah  Agar  Berlaku Adil Dalam Menetapkan Hukum
Allah SWT berfirman,
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ.
“Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” Ini perintah Allah agar menetapkan hukum diantara mansia dengan dalil. Muhammad bin Ka’ab, Za’id bin Aslam dan Syahr bin Hausyab berkata: “Sesuungguhnya ayat ini diturunkan untuk para umara’ yaitu yang berwenang memutuskan hukum diantara manusia.”
Didalam sebuah hadits disebutkan :
إن الله مع الحا كم ما لم يجر فإذا جار وكله إلى نفسه.
Sesunggguhnya Allah akan selalu bersama seorang hakim selama ia tidak berlaku zhalim. Apabila ia berlaku zhalim maka Allah akan membiarkan ia dengan dirinya sendiri.”
Dalam sebuah atsar disebutkan :
عدل يوم كعبادة أربعين سنة.
Berlaku adil sehari sama seperti beribadah empat puluh tahun”.
Firman-Nya,   إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ , “Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.” Artinya, Alllah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah, menetapkan hukum diantara manusia denagn adil dan lainnya, yang mencakup perinntah-perintah dan syari’at-Nya yang semppurna, agung dan lengkap. Dan firman Allah,   إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا , “Sesunggguhnya Allah adalah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.” Yaitu, mendengar seluruh perkataan kalian dan melhat seluruh perbuatan kalian.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     1. Pengertian Akhlak, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq”secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. timbang”. Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak adalah berarti watak. Sedangkan menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabi’at, keberanian, dan agama. Sedangkan akhlak meurut istilah adalah seperti yang di kemukakan oleh Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
2.      Pembagian akhlak Ada 2 yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a.       Akhlak Mahmuda Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik. Contohnya: pemaaf, sabar, ikhlas, menepati janji, qonaah, jujur, penyayang, pemurah, baik hati, husnudzon dan lain sebagainya. Dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Karena setiap akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Qur’an ataupun Hadits nabi.  Dari Imam Malik berkata “setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam ialah malu”. Malu merupakan dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah SWT maka akan takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan keji.
b.      Akhlak  Mazmumah Yakni akhlak yang tidak baik atau akhlak yang tecela.contohnya sebagai berikut :
            a).  Riya’ yakni  beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang atau mendapat pujian orang, dengan kata lain riya’ sama artinya dengan pamer.
b). Sum’ah yakni melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan maksud agar namanya dikena
c). Ujub yakni mengagumi diri sendiri
d). Takabur yakni membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan orang lain.
e). Tamak yakni serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki.
f). Malas yakni enggan melakukan sesuatu.
g). Fitnah yakni mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa yang sangat dilarang oleh agama karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
h). Bakhil yakni pelit, medit dan tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada orang lain dan lain sebagainya.
      3.  Ayat ayat yang membicarakan tentang  masyarakat antara lain :
a. Surah Al-Qalam Ayat 4 : Membicarakan tentang bahwa Rasullullah itu benar-benar mempunyai budipekerti yang agung dengan keteguhan sikap Nabi Muhammad Saw dengan tenang dan tenteram serta kesabaran ketika orang menuduhnya seorang gila, yang dia tidak marah dan tidak kehilangan akal, itu pun termasuk budi yang sangat agung. Oleh karena itu keberhasilan Nabi Saw, dalam melakukan da’wah ialah karena kesanggupannya menahan hati menerima celaan-celaaan dan makian yang tidak semena-mena dari orang yang bodoh.
b. Surah Al-Ahzab Ayat 21 :  Bahwa Rasullullah itu mempunyai suri teladan yang baik, ini merupakan dasar pijakan yang paling kuat dan agung, yang menjadi dalil bagi kita untuk Meneladani rasulullsh, baik dalam ucapan, pembuatan atau pun sepak terjang kesehariannya. Oleh sebab itu, allah memerintahkan kepada manusia untuk meneladani nabi pada saat menghadapi tentara sekutu, kita harus mencontoh kesabaran, ketabahan, kegigihan, kesungguh-sungguhan dan kepasrahan beliau dalam menanti kemenangan yang dijanjikan oleh allah, semoga shalawat dan rahmat allah selama-lamanya tercurah kepada beliau sampai hari kiamat.
c. Surah Al-Isra’ Ayat 23-24 : Ayat ini membicarakan bahwa Allah telah memerintahkan supaya kita jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kita berbuat baik pada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kita mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kita membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia, serta selalu mendoakan orang tua kita dan menyayanginnya.
d. Surah An-Nisa Ayat 58 : Di dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan bahwa Dia memerintahkan untuk menunaikan amanat kepada ahlinya (kepada yang berhak). Dan selalu berlaku adil terhadap yang di pimpinnya yakni menepatkan sesuatu pada tempatnya


DAFTAR PUSTAKA

Asmaran, 1994. Pengantar Studi Akhlak ,PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Athoullah Ahmad. Op.Cit.
Al- Maraghi,Ahmad Mustofa.1986. Terjemah tafsir al-Maraghi, juz 29. Semarang: Toha Putra
AL-Mahalli ,Imam Jalaluddin,1999.Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat Bandung : Sinar Baru Algensindo.
HAMKA, 1992, Tafsir Al-Azhar juz XXVIII, Jakarta : Pustaka Panjimas
Al- Maraghi,Ahmad Mustofa.1986. Terjemah tafsir al-Maraghi, juz 21. Semarang: Toha Putra
Al-Mubarakfuri ,Syaikh Syaifurrahman, 2011, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir
Ad-Dimasyqi ,Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir .2003, Tafsir Ibnu Kasir juz 15,  Bandung : Sinar Baru Algensindo
Dahlan ,Muhamad, 1994, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran, Bandung : Cv. Ponegoro















[1] Asmaran, 1994. Pengantar Studi Akhlak (PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta) hlm 1-2
[2] Athoullah Ahmad. Op.Cit. Hal.63

[4] Ahmad Mushtafa Al-Maraghy, 1986.Tafsir Al-Maraghy Juz 29,( Toha Putra : Semarang),hlm.219.
[5] Imam Jalaluddin AL-Mahalli,1999.Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Ayat (Bandung : Sinar Baru Algensindo). hlm:126
[6] HAMKA, 1992, Tafsir Al-Azhar juz XXVIII,( Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm : 45-46

[7] Ibid hal.48
[8] Ahmad Mushtafa Al-Maraghy, 1986.Tafsir Al-Maraghy Juz 21,( Semarang :Toha Putra ),hlm.257.

[9] Syaikh Syaifurrahman Al-Mubarakfuri, 2011, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir) hlm: 432
[10] HAMKA, 1992, Tafsir Al-Azhar juz XXI,( Jakarta : Pustaka Panjimas) hlm : 223


[11] Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi .2003, Tafsir Ibnu Kasir juz 15, ( Bandung : Sinar Baru Algensindo ), hlm : 173-176


[12] Ahmad Mushtafa Al-Maraghy, 1986.Tafsir Al-Maraghy Juz 5,( Semarang :Toha Putra ),hlm.115.
[13] Muhamad Dahlan, 1994, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran,      ( Bandung : Cv. Ponegoro) hlm : 137-138

[14] Syaikh Syaifurrahman Al-Mubarakfuri, 2011, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir) hlm: 558-561

Tidak ada komentar:

Posting Komentar