BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu
akhlak yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW adalah bagaimana kita bertingkah
laku dan bergaul dengan sesama manusia agar terjadi hubungan yang harmonis dan
saling menghargai sesamanya. Hubungan yang baik terhadap sesama manusia ini
antara lain dapat kita lakukan terhadap orang tua kita, teman kita, tetangga
kita baik ia muslim maupun non muslim. Oleh karena itu islam merupakan salah satu agama samawi yang
meletakkan nilai-nilai kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan
masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain,
keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek manusia.
Karena islam yang berakar pada kata “salima”
dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu
sifatnya fitnah, kedamaian, akan hadir, jika manusia itu sendiri menggunakan
dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan
dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna.
Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas
keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan
bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengertian akhlak ?
2. Apa saja pembagian akhlak ?
3.
Apakah ada ayat-ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang
akhlak ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian
akhlak.
2. Untuk
mengetahui apa saja pembagian
akhlak.
3.
Untuk mengetahui apakah ada ayat-ayat Al-Qur’an yang
membicarakan tentang akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari
bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” ( خلوق )
secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya:
sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. timbang”.
Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak adalah berarti watak. Sedangkan
menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabi’at, keberanian, dan agama[1]
Kemudian, dalam
Bashaa-ir Dzawi Al Tamyiz fi Lathaa- if Al Kitab Al Aziz Baashiroh fi Akhlak
adalah pikiran yang lurus. Kata al-khuluqu digunakan pula dalam menciptakan
sesuatu yang tanpa perrmulaan dan tanpa meniru.
Pada dasarnya al
khulqu dan al kholqu sama hanya saja al kholqu itu khusus
tertuju pada tingkah – tingkah atau keadaan dan bentuk – bentuk yang bisa
dilihat dengan mata, sedangkan khulqu khusus pada kekuatan dan tabi’at
yang ditembus dengan hati. Ibnu Abbas r.a berkata “maksudnya benar – benar beragama
yang agung, agama yang paling kucinta dan tak ada agama yang Aku ridhoi selain
sagama itu adalah islam” kemudian, Alhasan berkata, “maksudnya etika Al-Qur’an”
kemudian Qotadah berkata “maksudnya sesuatu yang diperintahkan Allah dan yang
dilarang-Nya”. Adapun maknanya adalah “sesungguhnya kamu benar – benar
berakhlak yang telah dipilih Allah untukmu dalam Al – Qur’an.
Dalam Ash-Shohihainai
dikatakan, bahwa Hisyam bin Hakim berrtanya kepada ‘Aisyah tentang akhlak
Rosulullah, kemudian ‘Aisyah menjawab, “akhlak beliau adalah akhlak Al-Qur’an”. jika dilihat dari berbagai uraian diatas dapat
diambil kesimpulan akhlak menurut bahasa adalah Tabi’at atau tingkah laku, dan
akhlak yang baik adalah tingkah laku yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Sedangkan akhlak meurut istilah
adalah seperti yang di kemukakan oleh Prof.Dr. Ahmad Amin
mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak
itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak.
Contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak
dermawan
Sedangkan menurut syekh
Muhammad Nawawi Al Jawiyydalam kitabnya “Murooqiyul ‘Ubudiyah” Akhlak adalah kedaan didalam jiwa yang mendorong prilaku
yang tidak terpikir dan tidak ditimbang”.[2] Dalam
buku lain dijelaskan bahwasanya akhlak menurut terminologi akhlak adalah
sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama:” Gambaran batin seseorang “.
Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran :
1.
Gambaran zhahir (luar):
Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah tubuh. Dan
gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek
dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau
biasa-biasa saja.
- Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar darinya perbuatan- perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan) tanpa berfikir atau kerja otak.
B.
Pembagian
Akhlak
Ada
2 pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1.
Akhlak
Mahmuda
Yakni
akhlak
terpuji atau akhlak yang baik. Contohnya: pemaaf, sabar, ikhlas,
menepati janji, qonaah, jujur, penyayang, pemurah, baik hati, husnudzon dan
lain sebagainya. Dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak
merugikan orang lain.
Karena setiap
akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Qur’an
ataupun Hadits nabi.
Dari Imam Malik berkata “setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak
islam ialah malu”. Malu merupakan dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki
rasa malu pada Allah SWT maka akan takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tercela dan keji.
2.
Akhlak Mazmumah
Yakni
akhlak yang tidak baik atau akhlak yang tecela.contohnya sebagai berikut
:
a.
Riya’ yakni beramal atau melakukan suatu perbuatan baik
dengan niat untuk dilihat orang atau mendapat pujian orang, dengan kata lain
riya’ sama artinya dengan pamer.
b.
Sum’ah yakni melakukan
perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan maksud agar
namanya dikenal3[3].
c.
Ujub yakni mengagumi
diri sendiri
d.
Takabur yakni membanggakan
diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan orang lain.
e.
Tamak yakni serakah atau rakus terhadap apa
yang ingin dimiliki.
f.
Malas yakni enggan melakukan sesuatu.
g.
Fitnah yakni mengatakan sesuatu yang bukan
sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa yang sangat dilarang oleh agama
karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
h.
Bakhil yakni pelit, medit dan tidak suka
membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada orang lain dan lain
sebagainya.
C.
Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an
yang Membicarakan Tentang Akhlak
1.
Surah Al-Qalam Ayat 4 :
Artinya : “Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
a.
Arti Kata Mufradat :
: Dan
sesungguhnya : Berbudi
pekerti
: Benar-benar
: Yang agung.
b.
Makna Ijmali :
Makna Ijmali Ayat 4 :
Dalam
ayat 4 Allah swt telah menjadikan engkau ( Muhammad ) mempunyai rasa malu,
mulia hati, pemberani, pemaaf, penyabar, dan segala akhlak yang mulia.[4]
c. Asbabun Nuzul
. Surah Al-Qalam Ayat
4 :
Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa akhlak rasulullah SAW, tidak ada yang
melebihinya. Apabila seseorang memanggilnya, baik ia sahabat, sekeluarga atau
isi rumahnya, beliau selalu menjawab: “labbaik”. Ayat ini ( S. 68 : 4 ) turun
sebagai penegasan bahwa rasulullah berakhlaq yang terpuji. Diriwayatkan oleh
abu Na’im di dalam kitab ad-Dala-il dan al-Wahidi dengan sanad yang bersumber
dari aisyah.[5]
d. Tafsir Surah
Al-Qalam Ayat 4 :
Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.
Inilah satu pujian yang paling
tinggi yang diberikan Allah kepada Rasulnya, yang jarang diberikan Allah kepada
Rasul yang lain5[6].
Khuluqin
azhim : Budipekerti yang sangat agung jarang taranya!
Budipekerti adalah
sikap hidup,atau karakter,atau perangai. Dibawa oleh latihan atau kesanggupan
mengendalikan diri. Mula-mulanya latihan dari sebab sadar akan yang baik adalah
baik dan yang buruk adalah buruk. Lalu dibiasakan berbuat yang baik itu.
Kemudian menjadilah dia adat kebiasaan, tidak mau lagi mengerjakan yang buruk,
melainkan selalu mngerjakan yang baik dan yang lebih baik.
Dikatakan
orang bahwasanya budipekerti itu adalah gabungan dua sikap. Yaitu sikap tubuh
dan sikap batin. Dalam bahasa kuno disebut tidak tercerai di antara budi dengan
pekerti. Budi dalam batin, pekerti dalam sikap hidup. Sehingga apa yang
diperbuat tidak ada yang menyinggung undang – undang budi yang halus. Sekali
waktu budi itu tidak terpisah dari bahasa. Sebab itu dikatakan budi bahasa. Di sini
budi jadi isi jiwa, atau makna yang terkandung dalam hati, lalu diucapkan
dengan bahasa yang terpilih. Dari sinilah sebabnya maka Ilmu Sastera yang
halus, baik puisi (nazam) atau prosa (natsar) disebut orang Ilmu Adab, menjadi
sebagian dari budi juga.
Keteguhan sikap Nabi Muhammad s.a.w., tenang dan tenteram serta
kesabaran ketika orang menuduhnya seorang gila, yang dia tidak marah dan tidak
kehilangan akal, itu pun termasuk budi yang sangat agung. Keberhasilan Nabi
s.a.w., dalam melakukan da’wah ialah karena kesanggupannya menahan hati
menerima celaan-celaaan dan makian yang tidak semena-mena dari orang yang
bodoh.
Suatu contoh tentang kesabaran dan ketabahan hati melakukan da’wah
ialah sebuah Hadis :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ كَأَنِّيْ أَنْظُرُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
يَحْكِيْ نَبِيًّا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَا مُهُ عَلَيْهِمْ
ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَهُوَ
يَقُوْلُ : الَّلهُمَّ اغْفِرْلِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ (متفق
عليه).
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata : “Seakan – akan aku lihat
kepada Raslullah s.a.w., seketika beliau menceritakan Nabi dari Nabi – nabi
yang banyak itu, dia pukul oleh kaumnya sampai berdarah – darah, disapunya
darah yang mengalir di wajahnya itu lalu dia berdoa : “Ya Allah, ampunilah
kaumku, karena mereka tidak tahu.” (Riwayat Bukhari Muslim).
Di
dalam hadist ini,ucapan Abdullah bin mas’ud kita bertemu dua kali budi yang
agung.pertama bagaimana rasulullah s.a.w. mencaritakan seseorang diantara
nabi-nabi Allah kena cobaan dilempari batu,namun dia tidak marah,disapu darah
yang mengalir pada wajahnya dan didoakannya orang yang melemparinya itu,agar
mereka diberi petunjuk oleh Allah,sebab mereka adalah orang-orang yang tidak
mengetahui siapa sebenarnya yang mereka lempar kejadian itu adalah pada diri
beliau sendiri,tetapi karena kerendahan hatinya,tidaklah beliau tonjolkan
dirinya,melainkan dikatakannya saja salah seorang diantara nabi Allah.
Dua
budi kita ditemui disini.pertama memberi maaf dan mendoakan orang yang
berbuat jahat kepadanya supaya dia
diberi ampun oleh tuhan.kedua ketika dia mamberi pengajaran kepada
sahabat-sahabatnya tidaklah dirinya ditonjolkan, melainkan dikatakannya saja
ada seorang nabi diantara Nabi-nabi yang banyak itu yang berbudi demikian
tinggi,patut ditiru.
Ada
beberapa hadist ada yang dirawikan oleh muslim,ada yang dirawikan oleh al-imam
Ahmad bin Hanbal dan ada yang dirawikan oleh an-nasa’i bahwa sahabat-sahabat
Rasulullah bertanya kepada ummul mu’minin Aisyah tentang Akhlak Nabi.beliau
menjawab:”selalu.” Maka ibu aisyah menjawab:”Akhlak Nabi ialah al-qur’an.”
Aisyah
pun pernah menceritakan tantang kelapangan dada beliau.bahwa pada suatu hari
aisyah menyuruh pembantunnya menghantarkan makanan beliau.Dan dia
berpesan,kalau hafsah binti umar mengirim makanan pula terlebih dahulu,tarik
pulang kembali makanan kita.tiba dihadapan rasulullah kenyataannya bahwa Hafsah
telah terlabih dahulu membawakan makanannya.tetapi karena gugupnya makan itu
tertumpah dihadapan nabi sehingga pecah dan berserak-serak atau tumpah
isinya.dengan tidak berobah wajah sedikit juga beliau suruh saja pembantu itu
memungutnya kembali baik-baik.
Selalu
Aisyah menyatakan bahwa Akhlak nabi adalah al-qur’an.apa yang tertulis dalam
al-qur’an itulah yang dijalankannya.kadang-kadang belum lagi diturunkan dalam
al-qur’an sebagai wahyu,beliau telah berperangai demikian.Misalnya tentang
menahan marah dan memberi maaf kepada
manusia,seperti yang beliau lakukan seketika beliau dilempari batu di Thaif
sampai mengalir darah dimukannya dan betisnnya pun berdarah,namun beliau masih
tetap mendoakan agar orang-orang itu diberi petunjuk oleh Allah. Hal itu
terjadi sebelum beliau pindah ke Madinah,ketika beliau melakukan da’wah ke
Thaif sedang ayat al-qur’an yang menerangkan akhlak mulia.[7]
Berkata
ibnu katsir dalam tafsirnnya:”Maknannya ialah bahwa Nabi s.a.w. melaksanakan
al-qur’an,baik perintahnnya ataupun larangannya telah menjadi sikap hidup dan
akhlak yang telah melekat,sehingga tabiat yang asli terliput olehnya,apa yang
diperintahkan al-qur’an itulah kerjannya,apa yang dilarang al-qur’an itulah
yang ditinggalkannya.berani,pemaaf dan menahan hati,pendeknnya segala budi yang
mulia dan indah.
Dan
sebuah hadist lagi,diterima oleh Hisyam bin Urwah bin Zuber juga dari
Aisyah,Aisyah berkata:”Tidak seorang pun yang sebaik Rasulullah
budinya;walaupun yang memanggilnnya keluargannya sendiri ataupun
sahabat-sahabatnnya, namun beliau selalu menjawab:”Labbaik.”
Perkataan
beliau yang terkenal ialah yang dirawikan oleh Imam ahmad bin
Hambal,at-Thabarani dan perawi yang lain dari Abu Hurairah:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلَاقِ
“Aku diutus,tidak lain,hanyalah
untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.”
Ketika ada orang bertanya kepada Rasulullah s.a.w.:”Apakah yang
sangat utama pada imam itu? Rasulullah s.a.w. menjawab :
حُسْنُ
الخُلُق
“Budi pekerti yang baik.”
Banyaklah lagi
sabda Rasulullah Saw menyebut bahwa budipekerti yang tinggi,yang mulia,itulah
dia pasak agama,itulah dia puncaknya.maka oleh karna budi Nabi s.a.w. yang
sangat agung dan mulia itu tuntunan beliau kepada ummatnya lekaslah menjadi
contoh teladan orang,sehingga dikumpulkan orang hadist-hadist tentang sunnah
beliau,baik perkataan,perbuatan atau perbuatan orang lain yang tidak beliau
salahkan.itulah:aqwal,af’al dan taqrir.itulah yang dinamai sunnah.
2.
Surah
Al-Ahzab Ayat 21 :
Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
a.
Arti Kata Mufradat :
: Sesungguhnya : yang baik
: Rasulullah
: hari
kiamat
: Suri teladan : menyebut
Allah
Dalam ayat ini Sesungguhnya norma-norma yang
tinggi dan teladan yang baik itu telah dihadapan kalian, seandainya kalian
menghendakinya, yaitu hendaknya kalian mencontoh Rasulullah Saw.
Di dalam amal perbuatannya dan hendaknya kalian
berjalan sesuai dengan petunjuknya seandainya kalian benar-benar menghendaki
pahala dari Allah serta takut akan azabnya di hari semua serta orang memikirkn
dirinya sendiri dan pelindung serta penolong tiadakan
c.
Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 21 :
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
[9]Ayat mulia ini merupakan dasar pijakan yang paling kuat dan agung,
yang menjadi dalil bagi kita untuk Meneladani rasulullsh, baik dalam ucapan,
pembuatan atau pun sepak terjang kesehariannya. Oleh sebab itu, allah
memerintahkan kepada manusia untuk meneladani nabi pada saat menghadapi tentara
sekutu, kita harus mencontoh kesabaran, ketabahan,kegigihan,
kesungguh-sungguhan dan kepasrahan beliau dalam menanti kemenangan yang
dijanjikan oleh allah, semoga shalawat dan rahmat allah selama-lamanya tercurah
kepada beliau sampai hari kiamat.
Terhadap para pengecut, penakut, mudah mengalami guncangan, dan
berjiwa kerdil saat menghadapi pasukan sekutu, allah berfirman”
. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu ....”
Maksudnya contohlah Rasulullah dan teladanilah sikapnya dan
tabi’atnya (yang sempurna itu). Allah ta’ala melanjutkan firman’nya;
“ (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.
Namun
didalam saat-saat yang mendebarkan hati itu, Contoh teladan yang patut ditiru,
tidak ada lain, melainkan rasulullah sendiri [10]
Tepat
sekali apa yang dikatakan oleh ayat 21 ini: Sesungguhnya adalah bagi kamu pada
rasulullah itu tauladan yang baik. “
Memang
ada orang yang bergoncang fikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafik,
tidak berani bertanggungjawab, bersedia-sedia hendak lari jadi Badwi kembali ke
dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh betapa besar
jumlahmusuh yang akan menyerbu, Tetapi masih ada lagi orang-orang yang
mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus harapan, tidak kehilangan akal,
sebab mereka melihat sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri,
Rasulullah SAW
Mulai
saja beliau menerima berita tentang musuh-musuh yang besar bilangannya itu,
beliau terus bersiap mencari akal buat bertahan mati-matian, jangan sampai
musuh sebanyak itu menyerbu ke dalam kota, karena jika maksud mereka menyerbu
madinah berhasil, hancurlah islam dalam kandangnya sendiri, dia dengar nasihat
bdari salman al-Farisi agar di tempat yang musuh bias menerobos dibuat khandaq,
atau parit pertahanan, nasihat Salman itu segar beliau laksanakan. Beliau
sendiri yang memimpin menggalih parit bresama-sama dengan sahabat-sahabat yang
banyak itu.
Untuk
menimbulkan kegembiraan bekerja siang dan malam menggali tanah, menghancurkan
batu-batu yang membelintang, beliau turut memikul tanah galian dengan bahunya
yang semampai. Ketika tiba giliran perlu memikul dengan galian dengan bahunya
yang semampai. Ketika tiba giliran perlu memikul, sehingga tanah-tanah dan
pasir telah mengalir bersama keringat beliau diatas rambut beliau yang tebal.
Semuanya itu dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya dangan gembira dan bersemangat,
sebab beliau sendiri kelihatan gembira dan bersemangat. Sehingga bekerja,
bergotongroyong , menggalih tanah, menyekap pasir memukul batu, sambil
bernyanyi gembira, dengan syair-syair gembira gubahan Abdullah bin Rawahah,
dengan bahar rajaz yang mudah dinyanyikan.
“
Demi Allah, kalau bukan kehendak allah, tidaklah kami dapat petunjuk; tidaklah
kami berzakat, tidaklah kami sembahyang. Maka turunkanlah ketentraman hati
kepada kami, dan teguhkanlah kaki kami jika kami bertemu musuh, sesungguhnya
mereka itu telah kejam kepada kami, kiranya mereka mau berbuat rebut, kami tak
mau. “
Syair-syair
dalam timbangan bahar rajaz ini mudah dilakukan bersama-sama dengan gembira.
Maka sambil mengangkat tanah, memukul batu, memecah batu besar dengan inggris,
mereka nyanyikan bahan rajaz gubahan Abdullah bin rawahah itu bersama-sama.
Sama keadaannya dengan kerja gotongroyong “rambe te rata, ho ho”, atau seperti
yang saya dengar dikampung saya waktu saya masih kecil jika orang menarik
tongkat dari hutan bersama-sama bergotong-royong.
Tetapi
rajaz gubahan Abdullah bin rawahah, penyair muda dari madinah ini, yang
kemudian mencapai syahidnya dalam peperangan Mu’tah bersama ja’far bin Abu
thalib, zaid bin haritsah adalah berisi rasa iman yang mendalam, maka tiap-tiap
tiba nyanyian di ujung syair, yaitu Shallainaa pada bahar pertama dan laaqaina
dan abainaa pada bahar kedua dan ketiga, rasulullah pun turut mengangkat suara beliau dengan
gembira, sehingga semua pun senang, lupa bagaimana beratnya pekerjaan dan
bagaimana besarnya musuh yang dihadapi.
Maka
janganlah kita samakan Rasulullah SAW. Yang
memimpin penggalihan parit khandak itu dengan beliau-beliau orang-orang
besar di zaman kini ketika meletakkan di batu pertama hendak mendirikan gedung
baru, atau menggunting pita ketika sebuah kantor akan dibuka, atau sembahyang
kemasjid dengan upacara. Ini betul-betul memimpin.
Setelah
dikaji peperangan khandaq ini secara ilmiah, sebagai yang dilakukan oleh
jendral pensiun Abdullah syits khathab di Iraq, memang amat besar bahan yang
mengancam dalam peperangan khandaq itu. Hari di musim dingin, persediaan
makanan di madinah berkurang-kurang kalau terbayang saja agak sedikit rasa
kecemasan di wajah beliau, pastilah semangat para pejuang akan meluntur. Namun
beliau bersikap seakan-akan bahaya itu kecil saja dan dapat diatasi dengan
kegembiraan dan kesungguhan bekerja.
Disiplin
keras tetapi pewnuh kasih sayang, meneladan sifat allah, azis yang di sertai
Bijaksana. Ketangguhan sikap rasulullah SAW itupun adalah salah satub sebab
yang utama maka kemenangan bias di capai
Lanjutan
ayat ialah” bagi barang siapa yang mengharapkan alah dan hari kemudian, “yaitu
di pangkal ayat dikatakan bahwa pada diri rasulullah itu sendiri ada hal yang
akan dapat di jadikan contoh teladan bagi kamu, yaitu bagi kamu yang beriman,
semata-mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman mesti disertai harapan,
yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri, inti iman ialah harapan akan ridha
allah dan harapan akan ridha allah dan harapan akan kebahagiaan di akhirat,
kalau tidak ingat akan yang dua itu,
atau hidup kita
tidak mempunyai harapan akan kebahagiaan di akhirat iman tidah ada artinya,
maka untuk memelihara iman dan harapan
hendaklah banyak mengingat allah, sebab itu maka di ujung ayat mengatakan “ Dan
yangb banyak ingat kepada allah “
Ini di
peringatkan di akhir ayat. Sebab barang yang mudah mengatakan mengikut teladan
Rasul dan barang yang muidah mengatakan beriman, tetapi adalah meminta latihan
batin yang dalam sekali untuk dalam menjalankannya seumpama orang yang
mengambil alasan menuruti sunnah rasul yang membolehnkan orang beristri lebih
dari satu sampai berempat, tetapi jarang orang yang mengikuti ujung ayat yaitu
meneladani rasul didalam berlaku adil
kepada istri-istri. Atau umumnya orang yang mengakui umat Muhammad
tetapi tidak mau mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW.
Maka bertambah besar harapan kita kepada allah dan keyakinan kita
akan hari kemudian dan bertambah banyak kita mengingat dan menyebut allah
bertambah ringanlah bagi kita meneladani Rasul Saw.
3.
Surah
Al-Isra’ Ayat 23-24
Artinya
: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia
Artinya : Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
a.
Arti Kata Mufradat :
:
Rabb-mu : Berbuat baik
: Memerintahkan :
Perkataan
: Perkataan “ah” : Yang mulia
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia
Artinya
: Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
Pada
surah al-isra’ ayat 23-24 ini Allah Swt memerintahkan ( kepada hamba-hamba-Nya
) untuk menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, kata qada dalam
ayat ini mengandung makna perintah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya “Waqada” bahwa yang dimaksud ialah memerintahkan
Selanjutnya
disebutkan perintah berbakti kepada kedua orang tua, untuk itu Allah Swt
berfirman :
...
Artinya : Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu ( Qs: Al-isra’ : 23 )
Ayat ini
menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepadamu untuk berbuat baik kepada ibu
bapakmu. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya :
Artinya
: Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. ( Luqman : 14 )
Adapun firman Allah Swt. :
. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" ( Al-Isra’: 23 )
Artinya
janganlah kamu mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga kata
‘ah’ pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak diperbolehkan.
...
Dan
janganlah kamu membentak mereka ( Al-Isra’: 23 )
Maksudnya, jangan
lah kamu menolakkan kedua tanganmu terhadap keduanya .
Setelah
melarang mengeluarkan perkataan dan perbuatan buruk terhadap kedua orang tua,
Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan bertutur sapa yang baik kepada
keduanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman
Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (
Al-Isra’: 23 )
Yaitu bertutur
sapa yang baik dan lemah lembutlah kepada keduanya, serta berlaku sopan
santunlah kepada keduanya dengan perasaan penuh homat dan memulikannya.
..
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
Yakni berendah
dirilah kamu dalam menghadapi keduanya.
Dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".( Al-Isra’: 24 )
Maksudnya,
berendah dirilah kepada keduanya disaat keduanya telah berusia lanjut dan
doakannlah keduanya dengan doa ini bilamana keduanya telah meninggal dunia.
4.
Surah An-Nisa Ayat 58 :
Artinya
: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.
a. Arti
Kata Mufradat :
: Sesungguhnya : Meyampaikan
: Allah : Amanat
: Menyuruh kamu
: Manusia
b.
Makna Ijmali
Dalam
ayat terdahulu Allah Ta’ala menjelaskan ganjaran yang besar bagi orang-orang
yang beriman dan beramal shaleh. Yang paling menonjol di antar amal-amal itu
ialah menyampaikan amanat dan menetapkan perkara di antara manusia dengan cara
yang adil. Di dalam ayat ini Allah memerintahkan kedua amal itu.[12]
. Surah An-Nisa Ayat
58 :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Fathu Makkah
(pembebasan Mekah) Rasulullah Saw.
Memanggil
Utsman bin Thalhah untuk menerima kunci Ka’bah. Ketika Utsman datang menghadap
Nabi untuk menyerahkan kunci itu, berdirilahh Abbas dan berkata: “Ya Rasulullah
demi Allah, serahkan kunci itu kepadaku untuk saya rangkap jabatan tersebut
denagn jabatan siqayah (urusan pengairan). Utsman menarik kembali tangannya.
Maka bersabdalah Rasulullah: “Berikanlah kunci itu kepadaku wahai Utsman!”
Utsman berkata: “Inilahh dia, amanat dari Allah”. Maka berdirilah Rasullah
membuka Ka’bah dan terus keluar untuk thawaf di Baitullah. Turunlah Zibril
membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada Utsman.
Rasullah
melaksanakan perintah itu sambil membaca Ayat tersebut diatas (S. 4/58).
(Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari al-Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumbber
dari Ibnu Abbas).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunya ayat ini (S. 4/58)
berkenaan dengan Utsman bin Thalhah. Ketika itu Rasullah Saw. Mengambil kunci
Ka’bah dari padanya pada waktu Fathu Makkah. Dengan kunci itu Rasullah masuk
Ka’bah. Diwaktu keluar dari ka’bah beliau membaca ayat ini (S. 4/58). Kemudian
beliau memanggil Utsman untuk menyerahkan kembali kunci itu. Menurut Umar bin
Khattab kenytaan ayat ini (S. 4/58) turun didalam Ka’bah, karena pada waktu itu
Rasullah keluar dari Ka’bah, membawa ayat itu, dan Ia bersumpah bahwa
sebelumnya belum pernah mendengar ayat itu. (Diriwayatkan oleh Syu’bah didalam
Tafsirnya dari Hajaj yang bersumber dari Ibnu Juraij.
d.
Tafsir Surah An-Nisa Ayat 58 :
Artinya :.Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.
[14]Di dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan bahwa Dia memerintahkan
untuk menunaikan amanat kepada ahlinya (kepada yang berhak). Didalam Hadis
al-Hasan dari Sumurah, bahwa Rasulullah Saw bersabda :
أد الأ ما نة
إلى من ائتمنك ولا تخن من خا نك
“Tunaikanlah
amanah kepada yang memberikan amanah dan jangan khianati orang yang berkhianat
kepadamu.” Hadits riwayat Ahmad dan para penulis Kitab Sunnah.
Hal
ini mencangkup seluruh amanah yang wajib bagi manusia, berupa hak-hak Allah
terhadap para hamba-Nya, seperti Shalat, Zakat, Puasa, Kafarat, Nadzar dan yang
semisalnya. Semuanya amanah yang diberikan tanpa pengawasan hamba yang
lainnnya. Demikian juga hak-hak sebagian hamba atas sebagaian lainnya, seperti
titipan dan yang semisalnya, yang seluruhnya merupakan amanah yang dipercayakan
dari sebagian mereka kepada sebagaian yang lain tanpa disertai bukti-bukti atas
hal itu.
Maka Allah SWT. Memerintahkan agar menunaikannya. Barang siapa yang
tidak melakukannya di dunia ini, maka akan dimintai pertangggungjawabannya pada
hari kiamat, sebagaimana disebutkan didalam hadits shahih bahwasanya Rasullah
Saw bersabda :
لتؤ د ن الحقوق
إلى أهلها حتى يقتص للشا ة الجماء من القرناء.
“Sungguh,
hak-hak itu benar-benar akan ditunaikan kepada ahlinya, hinggah seekor kambing
yang tidak bertanduk pun akan menuntut qishash (pembalasan) terhadap kambing
yang bertanduk.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Juraij r.a, ia berkata, “Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan ‘Utsman bin Thalhah di saat Rasulullah Saw
mengambil kunci Ka’bah darinya. Beliau lalu masuk ke dalam Baitullah pada Fathu
Makkah. Disaat beliau keluar, beliau membaca ayat ini,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا
الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
“sesunggahnya Allah memerintahkan kamu untuk menunaikan amanat
kepada ahlinya,”. Beliaupun
lalu memanggil Utsman dan menyerahkan kembali kunci tersebut.
Ibnu Juraij berkata (melanjutkan kisahnya); “Pada saat Rasulullah
Saw keluat dari Ka’bah sambil membaca ayat diatas, Umar bin al-Khattab berkata:
“Ayah dan ibuku menjadi tebusannya, aku belum pernah mendengar membacanya
sebelum itu.
Yang mashur dalam hal ini, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut. Namun baik hal itu benar atau tidak, yang jelas, hukumnya
tetap berlaku umum. Karena itulah, Ibnu Abbas dan Muhammad bin al-Hanafiyah
berkata: “Ini berlaku terhadap orang yang baik maupun yang zhalim. Yakni
perintah setiap orang.”
Perintah Agar Berlaku Adil Dalam Menetapkan Hukum
Allah SWT berfirman,
وَإِذَا
حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ.
“Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.” Ini
perintah Allah agar menetapkan hukum diantara mansia dengan dalil. Muhammad bin
Ka’ab, Za’id bin Aslam dan Syahr bin Hausyab berkata: “Sesuungguhnya ayat ini
diturunkan untuk para umara’ yaitu yang berwenang memutuskan hukum diantara
manusia.”
Didalam sebuah hadits disebutkan :
إن الله مع الحا كم ما لم يجر فإذا جار وكله إلى نفسه.
“Sesunggguhnya Allah akan selalu bersama seorang hakim selama ia
tidak berlaku zhalim. Apabila ia berlaku zhalim maka Allah akan membiarkan ia
dengan dirinya sendiri.”
Dalam sebuah atsar disebutkan :
عدل يوم كعبادة أربعين سنة.
“Berlaku adil sehari sama seperti beribadah empat puluh tahun”.
Firman-Nya, إِنَّ
اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ , “Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.” Artinya,
Alllah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah, menetapkan hukum diantara
manusia denagn adil dan lainnya, yang mencakup perinntah-perintah dan
syari’at-Nya yang semppurna, agung dan lengkap. Dan firman Allah, إِنَّ
اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا , “Sesunggguhnya Allah adalah Maha Mendengar Lagi
Maha Melihat.” Yaitu, mendengar seluruh perkataan kalian dan melhat seluruh
perbuatan kalian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Akhlak, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq”secara
bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap,
prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. timbang”.
Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak adalah berarti watak. Sedangkan
menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabi’at, keberanian, dan agama. Sedangkan
akhlak meurut istilah adalah seperti yang di kemukakan oleh Prof.Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini
berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu
di sebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan
itu ialah akhlak dermawan.
2.
Pembagian akhlak Ada 2 yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
a.
Akhlak
Mahmuda Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik.
Contohnya: pemaaf, sabar, ikhlas, menepati janji, qonaah, jujur, penyayang,
pemurah, baik hati, husnudzon dan lain sebagainya. Dimana akhlak mahmudah ini
semuanya membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Karena setiap akhlak
terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Qur’an ataupun
Hadits nabi. Dari Imam Malik berkata
“setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam ialah malu”. Malu merupakan
dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah SWT maka akan
takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan keji.
b.
Akhlak Mazmumah Yakni akhlak yang tidak baik atau
akhlak yang tecela.contohnya sebagai berikut :
a). Riya’ yakni beramal atau melakukan suatu perbuatan baik
dengan niat untuk dilihat orang atau mendapat pujian orang, dengan kata lain
riya’ sama artinya dengan pamer.
b). Sum’ah yakni melakukan
perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan maksud agar
namanya dikena
c). Ujub yakni mengagumi
diri sendiri
d). Takabur
yakni membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat
dibandingkan orang lain.
e). Tamak yakni serakah atau rakus
terhadap apa yang ingin dimiliki.
f). Malas yakni enggan melakukan sesuatu.
g). Fitnah yakni mengatakan sesuatu yang bukan
sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa yang sangat dilarang oleh agama
karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
h). Bakhil yakni pelit, medit dan tidak suka
membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada orang lain dan lain
sebagainya.
3. Ayat ayat yang membicarakan
tentang masyarakat antara lain :
a. Surah Al-Qalam Ayat 4 :
Membicarakan tentang bahwa
Rasullullah itu benar-benar mempunyai budipekerti yang agung dengan keteguhan
sikap Nabi Muhammad Saw dengan tenang dan tenteram serta kesabaran ketika orang
menuduhnya seorang gila, yang dia tidak marah dan tidak kehilangan akal, itu
pun termasuk budi yang sangat agung. Oleh karena itu keberhasilan Nabi Saw,
dalam melakukan da’wah ialah karena kesanggupannya menahan hati menerima
celaan-celaaan dan makian yang tidak semena-mena dari orang yang bodoh.
b. Surah Al-Ahzab Ayat 21 :
Bahwa Rasullullah itu mempunyai suri teladan yang baik, ini merupakan
dasar pijakan yang paling kuat dan agung, yang menjadi dalil bagi kita untuk
Meneladani rasulullsh, baik dalam ucapan, pembuatan atau pun sepak terjang
kesehariannya. Oleh sebab itu, allah memerintahkan kepada manusia untuk meneladani
nabi pada saat menghadapi tentara sekutu, kita harus mencontoh kesabaran,
ketabahan, kegigihan, kesungguh-sungguhan dan kepasrahan beliau dalam menanti
kemenangan yang dijanjikan oleh allah, semoga shalawat dan rahmat allah
selama-lamanya tercurah kepada beliau sampai hari kiamat.
c. Surah
Al-Isra’ Ayat 23-24 : Ayat ini membicarakan bahwa Allah telah memerintahkan supaya kita jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kita berbuat baik pada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kita mengatakan kepada keduanya Perkataan
"ah" dan janganlah kita membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia, serta selalu mendoakan orang tua kita dan menyayanginnya.
d. Surah An-Nisa Ayat 58 : Di dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan
bahwa Dia memerintahkan untuk menunaikan amanat kepada ahlinya (kepada yang
berhak). Dan selalu berlaku adil terhadap yang di pimpinnya yakni menepatkan sesuatu
pada tempatnya
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran, 1994. Pengantar
Studi Akhlak ,PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Athoullah Ahmad. Op.Cit.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/pembagian-akhlak-dalam-islam-dan-macam-macamnya.html(diunduh hari
minggu,29/05/2016:11:37 WIB)
Al- Maraghi,Ahmad Mustofa.1986. Terjemah
tafsir al-Maraghi, juz 29. Semarang:
Toha Putra
AL-Mahalli ,Imam Jalaluddin,1999.Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Ayat Bandung : Sinar Baru Algensindo.
HAMKA, 1992, Tafsir Al-Azhar juz XXVIII, Jakarta : Pustaka
Panjimas
Al- Maraghi,Ahmad Mustofa.1986. Terjemah
tafsir al-Maraghi, juz 21. Semarang:
Toha Putra
Al-Mubarakfuri ,Syaikh
Syaifurrahman, 2011, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Ibnu
Katsir
Ad-Dimasyqi ,Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir .2003, Tafsir
Ibnu Kasir juz 15, Bandung : Sinar
Baru Algensindo
Dahlan ,Muhamad, 1994, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran, Bandung : Cv. Ponegoro
[3] http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/pembagian-akhlak-dalam-islam-dan-macam-macamnya.html(diunduh
hari minggu,29/05/2016:11:37 WIB)
[5] Imam Jalaluddin AL-Mahalli,1999.Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Ayat (Bandung : Sinar Baru Algensindo). hlm:126
[9] Syaikh
Syaifurrahman Al-Mubarakfuri, 2011, Shahih Tafsir Ibnu Katsir. (Jakarta:
Pustaka Ibnu Katsir) hlm: 432
[11] Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi .2003, Tafsir
Ibnu Kasir juz 15, ( Bandung : Sinar Baru Algensindo ), hlm : 173-176
[13] Muhamad Dahlan, 1994, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran, (
Bandung : Cv. Ponegoro) hlm : 137-138
[14] Syaikh Syaifurrahman Al-Mubarakfuri, 2011, Shahih Tafsir Ibnu
Katsir. (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir) hlm: 558-561
Tidak ada komentar:
Posting Komentar