Zaman Purba di Indonesia
Kita mesti menelusuri kronologi periode
hidup mereka di jaman prasejarah yg dimulai sejak zaman Paleolitikum. Terhadap
zaman ini, diperkirakan Homo erectus ditemukan bersamaan bersama perkakas batu
Paleolitikum & serta perkakas cangkang yg ditemukan di daerah Sangiran
& Ngandong. Para arkeolog pun sukses menemukan satu buah fosil mamalia
Pleistocene yg mempunyai 18 kebenaran sayatan oleh satu buah media yg terbuat
dari serpihan cangkang kerang terhadap dua tulang bovid. Perkiraannya merupakan
luka sayatan tadi dibuat oleh manusia Indonesia prasejarah dikala berlangsung
pemburuan besar-besaran di Formasi Pucangan lebih kurang 1,6 juta th sampai 1,5
juta th yg dulu.
Dokumentasi dapat luka sayatan ini yakni dokumentasi mula-mula
berkenaan pemakaian sarana di Sangiran, & serta yakni kenyataan paling
lanjut umur menyangkut pemakaian perkakas cangkang didunia.
Penelitian yg bertujuan buat mengungkap
peristiwa manusia purba di Indonesia kembali berlanjut & hasilnya tiba
terhadap zaman Neolitikum. Tak tidak sedikit yg ketahuan terhadap musim
Neolitik Indonesia tidak hanya adanya perkakas yg terbuat dari batu asah seperti
kapak batu asah & cangkul batu yg dikembangkan oleh beberapa orang
Austronesia. Periode tersebut berlanjut kepada salah satu jaman prasejarah
paling gede di Indonesia yakni zaman Megalitikum. Zaman Megalitikum Indonesia
mempunyai tidak sedikit situs-situs struktur megalit di mana aspek tersebut
teramat meringankan utk mengungkap peristiwa manusia purba di Indonesia
mengingat web tersebut ditemukan di beraneka ragam ruangan seperti contohnya
Piramida Tangga (Punden Berundak) di Jawa, Sumatra, Sulawesi, & Sunda Mungil.
Periode prasejarah Indonesia setelah itu berhenti dgn masuknya kultur Dong Son
yg mengambil teknik pemakaian perunggu, ritual pengorbanan kerbau, & metode
penyulaman ikat.
Diwaktu dilakukan penelitian, didapati
bahwa system kepercayaan mereka terhadap musim itu merupakan animisme yg
menyembah roh-roh alam & roh beberapa orang yg sudah wafat dunia
dikarenakan mereka yakin jiwa atau daya hidup beberapa orang yg lebih-lebih
dulu berangkat masihlah dapat menopang mereka yg hidup. Trik hidup beberapa orang
prasejarah Indonesia pun pass unik, dimulai dari pemburu yg membawa kepentingan
di dalam hutan sampai hasilnya berkembang hingga penyulaman & industri
keramik.
Manusia Prasejarah
Indonesia
Disaat dilakukan penggalian buat
mengungkap peristiwa manusia purba di Indonesia, ditemukan satu buah
fosil dari manusia purba yg dikasih nama “Java Man” (Homo erectus erectus) yg
ditemukan di pulau Jawa terhadap th 1891 & 1892. Penggalian yg dipimpin
oleh Eugene Dubois tersebut pun menemukan gigi, batok kepala, & tulang paha
di Trinil, pinggir Sungai Solo jatim. Fosil yg diduga sanggup mengungkap
peristiwa manusia purba di Indonesia tidak jarang jadi bahan perdebatan
berkenaan “bagian yg hilang” di antara kera & manusia & awalnya spesies
ini dikasih nama Anthropopithecus erectus walau nantinya diubah jadi
Pithecanthropus erectus.
Materi sejarah manusia purba di indonesia Sesudah ditemukannya
“Java Man”, satu orang panteologis dari Berlin bernama G.H.R. von Koenigswald
sukses menemukan sekian banyak fosil manusia yang lain di Jawa. Lebih Kurang th
1931 & 1933, von Koenigswald pun sukses menemukan fosil yg dikasih nama
“Solo Man” dari sekian banyak web yg ada di kira kira Sungai Bengawan Solo yg
diantaranya termasuk juga batok kepala & fragmen tengkorak. Kepada th 1936
von Koenigswald sukses menemukan lagi suatu batok kepala yg selanjutnya dikenal
dgn “Mojokerto Child” & dikasih nama ilmiah Pithecanthropus modjokertensis
sebab batok kepala tersebut serupa dgn batok kepala manusia. Elemen ini menemui
protes keras dari Dubois sebab Pithecanthropus bukanlah manusia melainkan
“ape-man” atau “manusia-kera”. Von Koenigswald kembali menemukan sekian banyak
fosil di Sangiran & diantara tidak sedikit penemuannya yaitu tempurung
kepala yg ukurannya serupa bersama yg ditemukan oleh Dubois di Trinil 2 meski
hal itu kembali menuai bantahan dari Dubois yg menolak kesamaan antara
penemuannya.
Penemuan yang lain yg mengejutkan para
arkeolog yakni Homo floresiensis yg dikasih julukan “hobbit”, suatu spesies yg
telah punah dari genus Homo. Sisa-sisa manusia yg jikalau berdiri tingginya
cuma lebih kurang 1,1 meter ini ditemukan kepada thn 2003 di pulau Flores.
Adapula bukti-bukti peristiwa yg ditemukan menyangkut “hobbit” ini cuma 9
tengkorak parsial & 1 tengkorak utuh. Sisa-sisa inilah yg tetap tetap jadi
subjek riset untk mengetahui apakah mereka spesies yg tidak sama dari manusia
modis. Hominin ini pun populer dapat tubuh & otaknya yg mungil, juga buat
kemampuannya berkukuh hidup sampai setidaknya 12.000 th yg dulu. Yg ditemukan
bersamaan bersama tengkorak “hobbit” ini adalah perkakas batu yg berusia kira
kira 94.000 sampai 13.000 th yg dulu. Sekian Banyak ilmuwan yakin bahwa
“hobbit” ini bisa saja ada hubungannya bersama mitos ebu gogo yg ada di
kepulauan flores. Sampai ketika ini, masihlah tidak sedikit penelitian yg
dilakukan guna mengungkap peristiwa manusia purba di Indonesia.
Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia mesti
dimulai bersama penelitian di daerah Indonesia trendi, yg dengan cara geologis
muncul dari bawah laut Asia Tenggara yang merupakan hasil bertumbukannya
lempeng India & lempeng Australia, yg meluncur di bawah lempeng Sunda
kepada era-era awal Cenozoic, kira kira 63 juta thn yg dulu. Keadaan tektonik
ini selanjutnya menciptakan lengkung gunung merapi Sunda yg menempa sekian
banyak kepulauan seperti Sumatera, Jawa, & kepulauan Sunda Mungil. Lengkung
gunung merapi aktif ini setelah itu beralih jadi Danau Toba di Sumatera.
Letusan supervolcano Toba yg berlangsung kurang lebih 69.000 sampai 77.000 thn
yg dulu, menyebabkan periode dingin gunung api global.
Kepulauan Indonesia sejak mulai nampak
wujudnya seperti sekarang kepada musim Pleistocene, yg selagi sekian banyak
masa tetap menyambungkan Sunda dgn daerah mutlak Asia & mencetak ekstensi
agung daerah daratan dari Asia Tenggara. Ekstensi yg ada setelah itu
menciptakan sekian banyak binatang asia & spesies hominid sejak mulai
bermigrasi ke daerah tersebut. Kepada musim es terakhir yg berjalan kurang
lebih 20.000 sampai 10.000 th yg dulu, Bumi sejak mulai mengalami perubahan
iklim, terjadinya penghangatan global bersama temperatur yg meningkat diatas
kebanyakan menyebabkan pelelehan sekian banyak bongkah es di kutub &
menaikkan volume air. Sunda mulai sejak tenggelam & terbentuklah selat
Malaka, Laut Tiongkok Selatan, Selat Kalimata, & Laut Jawa. Kepada periode
itu pula sejak mulai terbentuk Sumatera, Jawa, Kalimantan, & pulau-pulau
sekitarnya.
Jenis Jenis
Manusia Purba Di Indonesia Dan Ciri-cirinya - Tempat Penemuannya, Di Indonesia
penelitian tentang jenis-jenis manusia purba sudah sejak abad ke-18 M, dirintis
oleh seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois. Mula mula ia mengadakan
penelitian di Sumatera Barat namun tidak membuahkan hasil, lalu ia pindah ke
Pulau Jawa . Di Pulau Jawa, ia berhasil menemukan fosil manusia purba di desa
Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil manusia purba ia
beri nama pithecanthropus erectus, yang artinya manusia kera yang berjalan
tegak
Penemuan fosil selanjutnya pada tahun 1936 oleh Weidenrich. Ia menemukan fosil tengkorak anak di Lembah
Sungai Brantas, desa Jetis, Mojokerto. Weidenrich menamakan fosilnya Pithecanthropus Robustus. Fosil sejenis juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto, ia menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
Pada penelitian dan penggalian arkeologis antara tahun 1936–1941, von Koenigswald berhasil menemukan fosil manusia purba. Diperkirakan fosil manusia purba itu adalah manusia tertua di Indonesia yang hidup satu sampai dua juta tahun yang lalu. Oleh karena itu para ahli arkeologi menamakannya
Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa tertua dari Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis, namun tingkat kehidupannya lebih primitif.
Selanjutnya, ditemukan fosil-fosil manusia purba Indonesia, yang tingkat kemampuannya lebih tinggi dibanding jenis Pithecanthropus, yaitu jenis Homo Sapiens (manusia yang berpikir). Jenis manusia homo sapiens yang ditemukan di Indonesia, antara lain.
Penemuan fosil selanjutnya pada tahun 1936 oleh Weidenrich. Ia menemukan fosil tengkorak anak di Lembah
Sungai Brantas, desa Jetis, Mojokerto. Weidenrich menamakan fosilnya Pithecanthropus Robustus. Fosil sejenis juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto, ia menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
Pada penelitian dan penggalian arkeologis antara tahun 1936–1941, von Koenigswald berhasil menemukan fosil manusia purba. Diperkirakan fosil manusia purba itu adalah manusia tertua di Indonesia yang hidup satu sampai dua juta tahun yang lalu. Oleh karena itu para ahli arkeologi menamakannya
Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa tertua dari Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis, namun tingkat kehidupannya lebih primitif.
Selanjutnya, ditemukan fosil-fosil manusia purba Indonesia, yang tingkat kemampuannya lebih tinggi dibanding jenis Pithecanthropus, yaitu jenis Homo Sapiens (manusia yang berpikir). Jenis manusia homo sapiens yang ditemukan di Indonesia, antara lain.
1. Meganthropus (Manusia Besar)
Meganthropus berasal dari dua kata. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropus artinya manusia. Jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1936 di daerah Sangiran. Hasil penemuannya ini sering dikenal dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia ini memiliki rahang kuat dengan badan yang tegap. Mereka diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan, terutama tumbuh-tumbuhan. Meganthropus diperkirakan hidup sekitar dua sampai satu juta tahun yang lalu sejak penelitian.
Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus karena memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Pithecanthropus erectus (Homo erectus) yang lebih dulu ditemukan di Sangiran. Selanjutnya fosil serupa juga ditemukan oleh Marks tahun 1952 berupa rahang bawah.
Ciri ciri tubuhnya kekar, rahang dan gerahamnya besar, serta tidak berdagu sehingga menyerupai kera. Meganthropus diperkirakan hidup 2 juta sampai 1 juta tahun yang lalu, pada masa Paleolithikum atau Zaman Batu Tua. Meganthropus memiliki kelebihan pada bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan manusia purba lainnya.
2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)
Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil penemuan di Indonesia, antara lain Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis. Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891 di Trinil. Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koenigswald. Pithecanthropus Soloensis sementara itu ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth. Beberapa ciri manusia Pithecanthropus, antara lain sebagai berikut.
Ciri Ciri Manusia Purba Pithecanthropus :
- Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal.
- Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
- Tinggi sekitar 165–180 cm.
- Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya).
- Memiliki rahang bawah yang kuat.
- Memiliki tulang pipi yang tebal.
- Tulang belakang menonjol dan tajam.
- Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.
3. Homo
Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.
Manusi Purba Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini pada tahun 1889 di dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan menjadi nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk asli Australia.
Manusia Purba Homo Soloensis adalah manusia dari Solo ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934. Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo Soloensis sudah lebih maju dengan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman.
Ciri-ciri Manusia Purba homo :
- muka lebar dengan hidung yang lebar;
- mulutnya menonjol;
- dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
- bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
- tingginya 130–210 cm;
- berat badan 30–150 kg;
- hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu.
Homo Soloensis dan Homo
Wajakensis kemudian mengalami perkembangan. Jenis homo ini diberi nama Homo
Sapiens. Homo Sapiens lebih sempurna dilihat dari cara berpikir walaupun
masih sangat sederhana. Homo Sapiens berarti manusia cerdas, diperkirakan hidup
40.000 tahun yang lalu setelah penelitian. Jenis inilah yang nantinya menjadi
nenek moyang bangsa Indonesia - sekian Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar