Selasa, 31 Mei 2016

Pengaruh sinetron terhadap perkembangan kognitif anak

PENGARUH SINETRON TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
1.      Pengertian
Istilah “kognitif” berasal dari kata cognition yang artinya sama dengan kata “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi sangat populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan informasi dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan kehendak dan perasaan yang berkaitan dengan ranah rasa. Jadi, perkembangan kognitif adalah kemampuan berfikir, memberi pendapat, memahami dengan cara melibatkan aktiviti mental seperti ingatan, mengategori-kan, merancang, menyelesaikan masalah, dan berimajinasi. Kemahiran ini penting untuk kelangsungan hidup bagi individu.
Perkembangan kognitif sangat mempengaruhi cara anak berfikir dan bertingkah laku sehari-hari, salah satunya yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu media masa berbentuk acara televisi seperti tayangan sinetron. Tayangan sinetron dapat mem-pengaruhi perkembangan kognitif anak dikarenakan tayangan tersebut menampilkan hal-hal yang kebanyakan negatif.
2.      Pengaruh Sinetron pada Kognitif Anak
Pengaruh sinetron terhadap perkembangan kognitif anak ini dikarenakan beberapa hal yaitu, mengandung unsur–unsur vulgarisme, kekerasan, dan pornografi dalam peranannya. Ketiga unsur tersebut hampir menjadi sajian rutin di sejumlah stasiun televisi serta dengan ditonton secara bebas oleh kalangan anak-anak. Padahal ketiga unsur tersebut mestinya dicegah agar tidak dipertontonkan untuk anak-anak mengingat kondisi psikologis mereka yang belum mampu membedakan mana hal-hal positif dan hal-hal negatif dari tayangan televisi.
Sinetron tersebut dapat mempengaruhi pemikiran, dan persepsi anak. Anak yang terpengaruh oleh sinetron menjadikan anak tersebut berfikir atau berpandang hidup layaknya di sinetron. Pemikiran inilah yang membuat anak akan merasakan apa yang ada disekitarnya harus sama dengan sinetron tersebut atau tingkah laku yang dilakukan oleh anak tersebut sama dengan apa yang dilihatnya. Mereka akan cenderung meniru apa yang mereka lihat di tayangan televisi atau sering dikatakan para psikolog ‘what they see is what they do’ (apa yang mereka lihat adalah apa yang mereka kerjakan).
Di sisi lain, mereka mempercayai bahwa apa yang di dalam sinetron itu dapat terjadi dalam lingkungan sosial. Sedangkan apa yang disuguhkan oleh sinetron merupakan fiktif belaka, namun banyak sekali anak sering menirukan gaya hidup dalam sinetron dan itu membuat anak akan lebih cepat perkembangan mentalnya  di usia yang belum matang.

3.      Dampak Sinetron bagi Anak.
Dampak sinetron yang terjadi  pada anak, sebagai berikut:
  1. pada usia 0-3 tahun akan mengganggu perkembangan otak yang berdampak pada perkembangan bicara, kemampuan membaca verbal, maupun pemahaman,
  2. pada usia 5-10 tahun akan menghambat kemampuan dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresifitas dan kekerasan serta tdk mampu membedakan antara realitas dan khayalan,
  3. membuat anak menjadi konsumtif,
  4.  karena anak belum mempunyai daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di sinetron,
  5. anak akan berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang yang di drama sinetron. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa,
  6.  bahasa yang digunakan dalam drama sintron terlalu simpel, memikat, banyak kata-kata yang disingkat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar,
  7. terlalu sering nonton drama sinetron dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola fikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, dan perkembangan kognitifnya.
Dengan banyaknya dampak negatif dari sinetron terhadap anak-anak secara sosiologis dapat ditinjau dengan teori perubahan sosial yang berdampak negatif, yaitu memudarnya norma-norma dan nilai-nilai pada anak, sehingga, mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
Menurut Soekamto (1995) perubahan sosial (social change) adalah “Perubahan pada lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku individu serta kelompoknya”. Maka perubahan perilaku anak-anak setelah menonton televisi pun dapat mempengaruhi secara lembaga yaitu keluarga. Dalam keluarga setiap orang terikat dalam jaringan kewajiban dan hak yang disebut hubungan peran atau role relation (William J. Goode 2007: 1) sehingga dampak negatif televisi akan menggangu hubungan peran anak dengan orang tua karena ada nilai kesopanan yang berubah.



4.      Cara Orangtua dalam Mengatasi Dampak dari Sinetron.
Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh drama sinetron, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
  1. pilih acara yang sesuai dengan usia anak.
    Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
  2. Dampingi anak menonton ketika menonton sinetron.
    Tujuannya adalah agar sinetron yang mereka tonton selalu terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah sinetron tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton olehnya.
  3. Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV di kamar anak.
    Dengan menyimpan TV di ruang tengah, akan mempermudah orangtua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecenderungan rasa ingin tahu anak sangat tinggi.
  4. Tanyakan acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, dan ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif.
  5. Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, siraturahim tempat sanak keluarga dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.
  6. Perbanyak membaca buku, dan letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, seringlah ajak anak ke toko dan perpustakaan
  7. Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton sinetron. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendengarkan radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita banding-kan dengan menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tanpa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dia lihat dan dengar. Begitu juga dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan menonton televisi karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak.
Jadi, pentingnya pengawasanorang tua terhadap anak saat menonton televisi adalah untuk membantu anak dalam masa perkembangan kognitif anak sehingga pekembangan-nya dapat tercapai secara optimal. Perlunya dukungan untuk belajar anak sangat diperlu-kan untuk perkembangan otak anak di masa anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar